Benarkah Bunda Dengan Ekonomi Mapan Cenderung Lebih Sukses Menyusui?

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Kondisi ekonomi nan baik disebut-sebut memengaruhi kesuksesan seseorang dalam menyusui anaknya. Artinya, benarkah Bunda dengan ekonomi mapan sedikit menghadapi halangan dalam proses menyusui?

Laporan terkini dari Departemen Kesehatan Amerika bahwa pemberian ASI pada usia awal berbeda-beda berasas lingkungan tempat tinggal, kemiskinan, dan ras.

Manfaat menyusui seperti diketahui telah terbukti bagus untuk menjaga kesehatan Si Kecil di masa depan. Berbagai masalah kesehatan seperti virus perut, penyakit pernapasan bawah, jangkitan telinga, dan meningitis lebih jarang terjadi pada bayi nan disusui dan tidak terlalu parah jika terjadi pada bayi tersebut.

Selain itu, menyusui juga menurunkan akibat bayi terkena diabetes, obesitas, asma, dan penyakit kronis lainnya. Bagi ibu, menyusui dapat menurunkan akibat terkena kanker ovarium dan payudara, serta penyakit kardiovaskular, seperti dikutip dari laman Yourtango.

The American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa bayi disusui secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupannya, dan dilanjutkan hingga usia satu tahun namalain lebih, sesuai kemauan ibu dan bayi. Meskipun kegunaan menyusui sangat banyak, para ibu banyak juga nan menghadapi tantangan berat untuk terus menyusui.

Laporan Departemen Kesehatan Amerika menemukan bahwa ibu di lingkungan nan ekonominya lebih mapan mempunyai kemungkinan 1.6 kali lebih besar memberikan ASI secara eksklusif (hanya ASI, bukan susu formula) selama lima hari pertama kehidupan bayi daripada ibu di lingkungan nan lebih miskin. 

Laporan lain menemukan bahwa wanita nan di rawat di rumah sakit dengan biaya nan lebih baik condong memberikan ASI eksklusif kepada bayi lahir mereka. Dan sebaliknya, rumah sakit dengan skill terendah dalam perihal pemberian ASI adalah rumah sakit nan terutama melayani masyarakat miskin.

Pada kasus rumah sakit nan merawat masyarakat Amerika berpenghasilan rendah mengalami pemotongan anggaran, mereka terpaksa menghentikan banyak program training ibu pertama kali, nan mencakup pendidikan menyusui.

Rumah sakit ini biasanya kekurangan staf, kewalahan master dan perawat nan condong memberikan susu formula daripada meluangkan waktu untuk membantu mempersiapkan dan mengajari ibu baru langkah menyusui. Hal ini membikin ibu-ibu miskin mencoba langkah lain untuk menyusui.

Peningkatan pendanaan untuk program perawatan bersalin bagi rumah sakit nan melayani masyarakat miskin merupakan salah satu langkah nan mungkin untuk mengurangi kesenjangan menyusui antara masyarakat kaya dan miskin. Tetapi, meskipun menyusui mungkin perihal nan alami, perihal itu tidak selalu mudah, juga tidak terjadi begitu saja.

Beberapa ibu punya argumen tersendiri untuk tidak mau menyusui dan memilih untuk tidak melakukannya. Setiap orang kudu mempunyai petunjuk menyusui nan tersedia bagi mereka, baik mereka dari golongan kaya namalain tidak. 

ASI nutrisi terbaik untuk bayi sejak lahir

Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pemberian makanan bayi dan anak kecil, serta praktik pemberian makanan tradisional sangat krusial untuk mendukung kesehatan nan baik, meningkatkan pertumbuhan anak, dan mengurangi nomor kematian anak. 

ASI adalah  satu-satunya sumber nutrisi nan direkomendasikan oleh WHO untuk bayi baru lahir dan bayi hingga usia 6 bulan. Namun, menurut statistik WHO, hanya 1 dari 3 anak di seluruh bumi nan mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupannya, dan hanya 2 dari 5 nan langsung mendapatkan ASI pada jam pertama setelah lahir. 

Selain itu, WHO dan UNICEF merekomendasikan untuk memulai pemberian makanan pendamping ASI berbarengan dengan menyusui setelah enam bulan pertama kehidupan untuk menghindari terhambatnya pertumbuhan pada masa kanak-kanak. 

ASI saja tidak cukup untuk memastikan pertumbuhan anak nan memadai setelah usia enam bulan. Kualitas dan jumlah makanan nan rendah, serta pengenalan makanan padat nan terlambat ditemukan sebagai penyebab kekurangan gizi.

Seperti diketahui bahwa pola makan ibu memengaruhi pola makan bayi. Karenanya diusulkan adanya pendekatan ekologis untuk memahami pengaruh gizi ibu terhadap praktik pemberian ASI dan pemberian makanan bayi dengan menganalisis aspek kontekstual seperti keluarga, masyarakat dan sistem perawatan kesehatan seperti dikutip dari laman Ncbi.

Kemudian, nan lain memperluas konsentrasi model ini untuk juga mencakup konteks masyarakat dan lingkungan nan berubah. Memang, pemberian makanan pada anak telah diamati pada populasi pribumi didorong oleh konteks sosial dan lingkungan, nan diidentifikasi sebagai perihal krusial dalam memahami praktik pemberian ASI dan pemberian makanan pada bayi. 

Misalnya, adanya perubahan dalam pilihan perseorangan dan perilaku makanan di antara family pribumi lantaran perubahan kondisi sosial-lingkungan, seperti budaya, aktivitas kerja, lingkungan alam, dan persediaan makanan tradisional. Dalam beberapa kasus, ibu mengganti makanan bayi tradisional dengan makanan bungkusan selama periode pemberian makanan pendamping.

Nah, terlepas dari itu semua, sebenarnya pilihan ibu terhadap anaknya merupakan keputusan perseorangan termasuk pilihan untuk menyusui. Sehingga, apa nan mereka putuskan dan berikan untuk Si Kecil merupakan pilihan terbaik dari para orang tua untuk anaknya. 

Keputusan menyusui anak sangat mungkin dipengaruhi oleh kondisi ekonomi keluarga, dimulai dari pemilihan rumah sakit nan pro ASI hingga kesempatan untuk belajar menyusui lebih banyak dibanding mereka nan kudu segera bekerja usai melahirkan.

Tetap semangat mengASIhi ya, Bunda. Semoga informasinya membantu, Bunda.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027