ARTICLE AD BOX
Menangis menjadi salah satu langkah anak mengekspresikan perasaannya. Meski begitu, ada beragam akibat psikologis nan terlihat jika anak terlalu sering menangis.
Meski menangis menjadi tanda bahwa emosi Si Kecil sedang meluap, Bunda tetap perlu menggunakan waktu ini untuk mengajarkan anak tentang skill sosial tanpa merusak emosi mereka namalain membahayakan kesehatan mentalnya.
"Anak menangis lantaran itu satu-satunya langkah untuk memberi sinyal bahwa mereka memerlukan sesuatu. Namun, terkadang kita semua merasa kewalahan dengan emosi kita dan menangis menjadi sinyal bahwa kita memerlukan penghiburan serta bantuan. Itu bukan perihal nan buruk," papar psikolog anak, Eileen Kennedy-Moore, mengutip dari laman Yahoo Life.
Menurut salah satu studi Kesehatan Harvard di tahun 2021, ada argumen ilmiah kenapa anak merasa lebih baik setelah menangis. Manfaat dari tangisan ini pun sudah ada sejak era Yunani dan Romawi kuno.
Menangis dianggap sebagai simbol pemurnian nan secara psikologis digambarkan sebagai 'melepaskan semua nan dirasa'. Ini memungkinkan anak untuk melepaskan stres dan rasa sakit emosional.
Meski begitu, terkadang anak-anak juga belajar menangis secara manipulatif untuk mendapatkan apa nan mereka inginkan namalain menghindari hukuman. Dengan begitu, tangisan ini bakal menimbulkan rasa kasihan.
Ketika anak terlalu sering menangis dengan beragam penyebab, ada akibat psikologis nan mungkin terlihat. Seperti apa dampaknya?
Dampak psikologis anak sering menangis
Ilustrasi Anak Menangis/Foto: Getty Images/iStockphoto/maroke
Dilansir dari laman Psychology Today, ada beberapa akibat psikologis nan terjadi pada anak ketika sering menangis. Berikut ini Bubun bantu rangkumkan deretannya:
1. Menutup diri
Profesor psikologi, Darcia F. Narvaez Ph.D, menjelaskan bahwa ketika anak sering menangis dan dibiarkan sendirian, mereka bakal belajar untuk menutup diri. Tidak hanya itu, mereka juga bakal berhujung menumbuhkan rasa percayanya.
"Jika anak dibiarkan menangis sendirian, mereka belajar untuk menutup diri ketika menghadapi tekanan nan besar. Mereka berhujung bertumbuh, berhujung merasa, dan berhujung percaya," ujarnya.
2. Tidak percaya pada siapapun
Ketika anak terus menangis dan mereka merasa diabaikan, mereka bakal mengembangkan emosi bakal ketidakpercayaan terhadap hubungan dan dunia. Mereka juga mungkin bakal menghabiskan seumur hidupnya mencoba mengisi kekosongan jiwa ini, Bunda.
3. Anak mudah depresi dan susah mengatur diri
Ketika anak menangis terus menerus, tentunya Bunda dan Ayah nan berdomisili sebagai pengasuh turut bakal terdampak. Perlu dipahami bahwa respons orang tua dalam menanggapi tangisan anak bakal memengaruhi kondisi mental Si Kecil.
Respon namalain tanggapan orang tua ketika anak menangis berasosiasi erat dengan kecerdasan, empati, kurangnya rasa depresi, pengaturan diri, hingga kompetensi sosial.
"Pentingnya daya tanggap pengasuh adalah pengetahuan umum dalam pengetahuan jiwa perkembangan," ujar dr. Darcia.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Jangan lupa saksikan juga video langkah mengatasi anak tantrum di depan umum berikut ini:
[Gambas:Video Haibunda]
(mua/fir)
Loading...