ARTICLE AD BOX
Bitcoin (BTC) mengalami penurunan tajam dan sekarang berada di bawah $80.000, memicu kepanikan di pasar kripto. Setelah mencapai nilai tertinggi baru di awal tahun, BTC sekarang kehilangan momentum akibat tekanan dari aspek makroekonomi global.
Banyak penanammodal bertanya-tanya apakah ini hanya koreksi sementara sebelum Bitcoin kembali naik namalain justru awal dari pergerakan penurunan nan lebih panjang.
Artikel ini bakal membahas tiga aspek utama nan menyebabkan tekanan terhadap Bitcoin serta kajian dari mahir ekonomi mengenai kesempatan pemulihan BTC.
1. Tarif Dagang Trump Memicu Ketidakpastian Global
Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif 25% terhadap produk-produk dari Uni Eropa. Keputusan ini memperburuk kondisi perdagangan global, terutama setelah sebelumnya AS juga menerapkan kebijakan tarif terhadap Kanada dan Meksiko.

Sumber: Twitter
Trump menyatakan bahwa Uni Eropa merugikan AS, dan tarif baru ini bakal segera diberlakukan. Uni Eropa pun tidak tinggal tak bersuara dan berjanji untuk merespons kebijakan ini dengan langkah-langkah tegas.
Ketidakpastian ekonomi semakin meningkat akibat kebijakan ini. Investor bumi mulai menghindari aset berisiko seperti saham dan kripto, dan lebih memilih dolar AS serta obligasi sebagai corak perlindungan.
Perang jual beli juga berisiko meningkatkan inflasi lantaran nilai peralatan impor bakal lebih mahal, nan bisa semakin menekan pertumbuhan ekonomi global.
Dampaknya, indeks saham utama seperti S&P 500 dan Nasdaq mengalami tekanan, menunjukkan bahwa penanammodal lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
Bitcoin, nan sering dianggap sebagai aset dengan volatilitas tinggi, juga ikut terdampak lantaran penanammodal lebih memilih untuk mengamankan modal mereka.
2. Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi AS Memperburuk Sentimen Pasar
Faktor lain nan turut menekan pasar mata duit digital adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi AS. Data terbaru menunjukkan bahwa PDB AS (QoQ) hanya tumbuh 2,3%, turun dari 3,1% pada kuartal sebelumnya.
Angka ini menandakan bahwa perekonomian AS sedang melemah, nan berakibat negatif terhadap sentimen pasar.

Sumber: Trading Economics
Saat ekonomi melemah, penanammodal dan masyarakat condong lebih berhati-hati dalam mengelola finansial mereka.
Mereka lebih memilih untuk menyimpan duit tunai daripada menginvestasikannya dalam aset berisiko seperti Bitcoin dan saham. Akibatnya, permintaan terhadap Bitcoin mengalami tekanan nan semakin besar.
Selain itu, info Durable Goods Orders (Pesanan Barang Tahan Lama) AS naik 3,1% setelah sebelumnya mengalami kontraksi -1,8%.
Meskipun ada sedikit pemulihan dalam sektor manufaktur, penurunan PDB tetap menjadi perhatian utama lantaran mencerminkan bahwa ekonomi AS belum sepenuhnya stabil.
Investor sekarang semakin waspada terhadap kemungkinan perlambatan ekonomi nan lebih dalam, nan berpotensi memengaruhi pasar global, termasuk sektor kripto.
3. Prediksi Inflasi AS nan Lebih Tinggi Membuat Pasar Waspada
Selain perang jual beli dan perlambatan ekonomi, aspek lain nan menyebabkan tekanan pada Bitcoin adalah prediksi inflasi nan lebih tinggi dari perkiraan.

Sumber: Trading Economics
Data nan bakal dirilis menunjukkan bahwa Core PCE Price Index MoM diperkirakan naik menjadi 0,4% dari sebelumnya 0,3%.
Angka ini menjadi perhatian utama lantaran Core PCE adalah parameter nan digunakan Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga.
Jika inflasi lebih tinggi dari ekspektasi, The Fed mungkin bakal mempertahankan suku kembang tinggi lebih lama. Kondisi ini bisa semakin membebani Bitcoin, lantaran suku kembang nan tinggi membikin investasi dalam aset berisiko kurang menarik.
Investor nan resah dengan inflasi tinggi biasanya lebih memilih menyimpan aset dalam corak dolar AS namalain obligasi, daripada meletakkan biaya mereka di Bitcoin nan mempunyai volatilitas tinggi.
Jika info inflasi nan dirilis kelak malam lebih tinggi dari perkiraan, Bitcoin berpotensi mengalami tekanan tambahan. Namun, jika inflasi lebih rendah dari ekspektasi, pasar mata duit digital bisa mendapatkan dorongan positif.
Analisis Harga Bitcoin: Apa Kata Para Ahli?
Menurut mahir ekonomi Alex Krüger, pola pergerakan Bitcoin saat ini mempunyai kemiripan dengan April 2024, ketika BTC mengalami tekanan sebelum akhirnya pulih kembali.
Krüger menegaskan bahwa tarif jual beli Trump menjadi salah satu aspek utama di kembali penurunan Bitcoin. Namun, dia tetap memandang adanya potensi pemulihan dalam jangka menengah.
Saat ini, Bitcoin telah turun di bawah $91.000, nan sebelumnya menjadi pemisah bawah nilai utama. Jika tekanan jual terus berlanjut, BTC berpotensi turun lebih dalam ke kisaran $70.000 – $75.000.

Sumber: Alterative
Selain itu, Crypto Fear and Greed Index menunjukkan bahwa pasar berada dalam kondisi “Extreme Fear”, level terendah sejak kejatuhan FTX pada 2022.
Kondisi ini menandakan bahwa penanammodal sedang dalam fase konsolidasi. Namun, dalam sejarahnya, kondisi seperti ini sering menjadi kesempatan akumulasi bagi penanammodal jangka panjang.
Beberapa analis memperkirakan bahwa jika BTC kandas kembali ke atas $90.000 dalam waktu dekat, maka pergerakan penurunan bisa terus berlanjut. Sebaliknya, jika ada dorongan beli nan cukup kuat, Bitcoin bisa mulai pulih dan kembali mengincar nilai tertinggi baru di tahun ini.
Grafik Bulanan BTCUSD

Sumber: Tradingview
Jika memandang dari sisi teknikal secara garis besar di sketsa bulanan, saat ini tetap terdapat potensi untuk Bitcoin turun ke sekitar $70,000, namun semua ini bakal terjadi jika tidak ada buletin ositif dalam beberapa pekan ke depan.
Kesimpulan
Bitcoin mengalami tekanan akibat tarif jual beli Trump, perlambatan ekonomi AS, dan kekhawatiran inflasi.
Investor saat ini lebih memilih untuk bersikap hati-hati hingga ada kepastian lebih lanjut mengenai kebijakan ekonomi global.
Meskipun pasar tetap dalam kondisi sulit, beberapa analis memandang pola nan mirip dengan koreksi sebelumnya nan akhirnya diikuti oleh pemulihan.
Jika inflasi lebih rendah dari perkiraan dan sentimen pasar membaik, Bitcoin bisa kembali naik dalam beberapa bulan ke depan.
Disclaimer: Semua konten nan diterbitkan di website KincaiMedia ditujukan sarana informatif. Seluruh tulisan nan telah tayang di KincaiMedia bukan nasihat investasi namalain saran trading.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata duit kripto, senantiasa lakukan riset lantaran mata duit digital adalah aset volatil dan berisiko tinggi. KincaiMedia tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun untung anda.