3 Sebab Orang Yang Malas Bekerja Menurut Sufi

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

KincaiMedia – Menurut pandangan sufi, ada tiga lantaran utama nan menyebabkan seseorang malas bekerja: kurangnya kesadaran spiritual, kekuasaan hawa nafsu, dan ketidakpahaman terhadap konsep tawakal.

Dalam menekuni suatu pekerjaan, kita diwajibkan untuk mencari pekerjaan nan dihalalkan, seperti, bertani, pertukangan, berdagang, namalain pekerjaan nan lainnya. Dan juga kita diwajibkan untuk menghindari pekerjaan nan diharamkan, seperti, menjual minuman keras, pelacuran, merampok, dan mencuri. 

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja. Oleh lantaran itu, kita tidak boleh bermalas-malasan, berdiam diri tampa mempunyai pekerjaan. Syekh Nawawi Al-Bantani dalam karyanya Qami’ Ath-Thugyan Ala Manzumati Syu’abul Iman Juz, 1, laman 22 mengutip ungkapan ustadz sufi mengenai argumen orang-orang nan malas untuk bekerja. Adapun kutipannya sebagai berikut: 

قال بعض العارفين: ترك الكسب على ثلاثة أوجه: إما كسلاً، وإما تقوى، وإما خوفا من العار وحمية

“Sebagian mahir makrifat berkata, Orang nan meninggalkan upaya (tidak mencari nafkah) lantaran tiga alasan: Adakalanya lantaran malas, lantaran taqwa (repot dengan ibadah) dan lantaran takut terhina dan lantaran sombong (gengsi).”

فمن تركه كسلاً فلابد من السؤال، ومن تركها تقوى فلابد له من الطمع فيما بأيدي الناس والأكل بدينه وذلك حرام، ومن تركه خوفًا من العار وحمية فلا بد له من السرقة

“Maka barangsiapa nan meninggalkan upaya lantaran malas, maka pasti dia bakal meminta-minta. Barangsiapa nan meninggalkan upaya lantaran taqwa, maka dia bakal serakah terhadap apa nan dimiliki orang lain, dan dia bakal mencari makan dengan agamanya sedangkan perihal itu diharamkan. Barangsiapa nan meninggalkan upaya lantaran takut dianggap jelek dan lantaran sombong (gengsi), maka dia bakal mencuri.”

Ungkapan ustadz sufi diatas menekankan sungguh pentingnya untuk mempunyai pekerjaan. Orang nan mempunyai pekerjaan, hidupnya bakal tenang dan sejahtera dan tidak mengharapkan uluran tangan orang lain. Dan orang-orang nan malas bekerja disebabkan lantaran tiga alasan. Adapun rinciannya sebagai berikut:

Pertama, lantaran malas. Sifat malas sering menjadi akar dari beragam persoalan dalam kehidupan. Orang nan malas bekerja namalain tidak berupaya untuk mencari nafkah sering kali berhujung dalam kondisi nan sulit, tanpa penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akibatnya, mereka berjuntai pada belas iba orang lain untuk memperkuat hidup. 

Ketergantungan semacam ini tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga berpotensi membebani orang-orang di sekitar mereka, nan merasa kudu membantu meskipun mungkin mereka mempunyai tanggung jawab lain nan lebih besar.

Selain itu, kemalasan bisa membikin seseorang kehilangan rasa malu. Orang nan malas tidak jarang merasa tidak keberatan untuk meminta-minta namalain mengemis, meskipun perihal tersebut dapat merendahkan nilai diri mereka di mata masyarakat. Mereka mungkin mengabaikan potensi dan skill nan sebenarnya mereka miliki lantaran merasa nyaman dengan support dari orang lain. 

Padahal, bekerja keras dan berupaya secara berdikari bakal memberikan kebanggaan tersendiri, sekaligus membangun kehidupan nan lebih terhormat dan sejahtera.

Kedua, lantaran taqwa (repot dengan ibadah). Orang nan sibuk dengan ibadah namun tidak mempunyai pekerjaan sering kali menghadapi tantangan dalam mempertahankan hidup. Ketergantungan kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat memunculkan sifat serakah dan merusak makna ketulusan dalam beribadah. Oleh lantaran itu, menjaga keseimbangan antara ibadah dan upaya duniawi adalah langkah bijak agar seseorang tidak hanya berjuntai pada kemurahan hati orang lain, melainkan tetap berdikari dan terhormat dalam kehidupannya.

Jika seseorang menjadi tokoh agama, seperti Kyai, Ustadz, Pengajar, namalain pekerjaan lainnya nan mengenai dengan dakwah, mempunyai pekerjaan sampingan sangat dianjurkan. Dengan pekerjaan sampingan, mereka dapat menjaga integritas kepercayaan nan diajarkan dan menghindari rayuan untuk menjual kepercayaan demi untung duniawi. Langkah ini juga memberi contoh kepada umat bahwa Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras dan berusaha, tanpa mengabaikan ibadah sebagai fondasi hidup.

Salah satu penyebab seseorang enggan untuk bekerja adalah rasa sombong namalain pamor terhadap jenis pekerjaan tertentu. Banyak orang nan merasa pekerjaannya dianggap rendah namalain tidak mempunyai prestise di mata masyarakat, sehingga mereka menolak untuk melakukannya. Padahal, setiap pekerjaan nan legal mempunyai nilai nan mulia di sisi kepercayaan dan berfaedah bagi kehidupan. Namun, rasa pamor ini seringkali membikin seseorang lebih memilih menganggur daripada menerima pekerjaan nan tersedia, meskipun itu bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.

Akibat dari rasa pamor tersebut, seseorang kerap kali tidak mempunyai pekerjaan nan tetap dan akhirnya terjebak dalam masalah ekonomi. Ketika kebutuhan hidup semakin mendesak dan tidak ada sumber penghasilan, dia mungkin tergoda untuk menempuh jalan nan salah, seperti mencuri, demi memenuhi kebutuhannya.

Hal ini menunjukkan sungguh berbahayanya sikap pamor nan berlebihan, nan tidak hanya merugikan dirinya sendiri tetapi juga melanggar norma sosial dan agama. Menghilangkan pamor dan menerima pekerjaan dengan penuh rasa syukur adalah langkah bijak untuk menghindari akibat negatif tersebut.. Wallahu A’lam Bissawab.

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027