ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, JAKARTA -- Perang Khaibar terjadi pada bulan Muharram tahun ketujuh Hijriyah namalain sekitar Maret 628 M. Dalam pertempuran ini, kaum Muslimin nan dipimpin Nabi Muhammad SAW melawan kabilah-kabilah Yahudi nan di Benteng Khaibar.
Pada akhirnya, umat Islam memenangkan perang ini. Bagaimanapun, suatu tragedi terjadi setelahnya.
Dikutip dari kitab Para Penentang Muhammad SAW karya Misran Jusan dan Armansyah, mulanya, pasukan Muslim sukses mengalahkan musuh dalam Perang Khaibar nan meletus pada akhir tahun keenam Hijriyah.
Khaibar merupakan pedoman Yahudi nan cukup besar. Di wilayah itu, banyak berdiri benteng-benteng nan dihuni sejumlah golongan Arab nan anti-Islam. Jaraknya sekitar 100 mil arah barat laut Madinah. Para pemimpin mereka berkomplot untuk menyerang Madinah.
Akan tetapi, Rasulullah SAW lebih dulu mengetahui rencana jahat ini. Beliau pun memimpin pasukan untuk mengepung Khaibar. Akhirnya, kaum Yahudi setempat bersedia melakukan perundingan tenteram dengan Muslimin. Bagaimanapun, itu bukanlah akhir dari peristiwa Khaibar.
Di antara para penunggu benteng, tersebutlah Zainab binti Al Harits. Perempuan ini meletakkan dendam kesumat pada Nabi SAW dan kaum Muslimin umumnya. Dalam peperangan terakhir, dia kehilangan ayah, paman, dan suaminya. Dia pun menyiapkan rencana jahat untuk melampiaskan dendam itu.
Waktu itu, keadaan sudah damai. Pasukan Muslimin nan baru pulang dari pengepungan Khaibar merasa capek dan bersiap-siap istirahat. Sementara itu, beberapa orang Khaibar mengabarkan kepada mereka hingga tiba ke Rasul SAW.
Masyarakat Khaibar hendak menghadiahkan sajian makanan kepada kaum Muslimin, termasuk Nabi SAW. Semua jamuan pun siap dan tersaji. Di antara semua hidangan, terdapat satu nan tampak mencolok, adalah domba panggang. Masakan itu memang kegemaran Rasulullah SAW, sehingga para sahabat meletakkannya di depan Rasul SAW.
Ketika kaum Muslimin hendak menyantap bingkisan itu, tiba-tiba beliau berkata, “Cukup! Berhentilah kalian makan.” Para sahabat terkejut. Beliau silam menjelaskan, ada racun di dalam makanan nan dihadiahkan orang-orang Khaibar itu.
Rasul SAW lantas menyuruh para sahabat untuk membawa Zainab binti Al Harits ke hadapannya. Sebab, wanita itulah nan menjadi mahir masaknya. “Apakah engkau membubuhi racun pada domba panggang ini? tanya Rasul SAW. “Siapa nan mengatakannya kepadamu?” tanya Zainab kembali. “Paha bagian depan domba ini (yang memberi tahu),” ujar beliau.
Akhirnya, Zainab mengaku sebagai pelakunya. Para sahabat begitu marah terhadap wanita tersebut. Bahkan, salah seorang di antaranya meminta persetujuan Nabi SAW untuk membunuhnya. Wahai Rasulullah, bolehkah kami membunuh wanita ini? Jangan lakukan itu, cegah Rasulullah SAW.