ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, JAKARTA -- Lebih dari 1.400 tahun nan lalu, terjadi sebuah peristiwa besar nan dialami seorang manusia mulia, Muhammad SAW. Peristiwa itu adalah perjalanan panjang nan terjadi dalam satu malam, dimulai dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsha di Palestina, silam meluncur terbang ke ujung langit, ke Sidratul Muntaha.
Pada saat itu, perjalanan ini dianggap mustahil dan tidak masuk akal. Mana mungkin dalam satu malam melakukan perjalanan sejauh itu? Hal ini membikin sebagian manusia menolak kebenaran cerita tersebut dan menganggap Rasulullah seorang nan berambisi namalain mungkin gila.
Kendati demikian, para sahabat Nabi nan kokoh imannya, memercayai perjalanan nan menakjubkan tersebut adalah sebuah kebenaran, apalagi Abu Bakar langsung membenarkan cerita tersebut tanpa menuntut kelogisannya.
Pembenaran ini semata-mata didasarkan pada rasa percaya bakal apa pun nan dikatakan Muhammad lantaran beliau tidak pernah mendusta dan tidak mungkin melakukannya.
Allah SWT juga membenarkan peristiwa Isra ini dalam Alquran surah al-Isra' ayat pertama, nan artinya, "Maha Suci (Allah) nan telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha nan telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."
Pada era modern ini, melakukan perjalanan jauh dalam satu malam sangatlah mungkin. Hanya orang-orang tolol dan terbelakang nan tidak memercayainya. Perkembangan teknologi melahirkan beragam peralatan canggih nan memungkinkan manusia menembus jarak pada waktu nan singkat.
Peralatan modern sekarang ini adalah produk teknologi manusia nan bakal terus berkembang. Sesuatu nan seolah tidak mungkin pada masa silam menjadi mungkin pada saat sekarang dan apa nan seolah tidak mungkin pada waktu sekarang, bakal terjadi pada masa nan bakal datang.
Peristiwa krusial nan diabadikan dalam Alquran itu disebut Isra dan dilanjutkan dengan Mi'raj. Sebuah perjalanan spiritual Nabi SAW dengan beragam kisah di dalamnya. Salah satu di antaranya, kisah pembelajaran.
Yaitu, pada saat beliau diperlihatkan gambaran-gambaran akibat dari apa nan dilakukan manusia di muka bumi. Ada orang nan memotong lidahnya kemudian lidah itu tumbuh lagi, silam dipotong lagi dan seterusnya. Malaikat Jibril menjelaskan, "Itulah manusia nan tidak menjaga lisannya dari ucapan-ucapan jelek saat di dunia."
Dalam Mi'raj, Rasulullah juga terdapat pelajaran cinta. Ketika Malaikat Jibril menyampaikan perintah shalat pada malam itu, Muhammad tidak langsung menerimanya. Beliau memikirkan kesanggupan umat atas banyaknya rakaat shalat nan diwajibkan pada mereka.
sumber : Hikmah Republika Saifullah Al Ali