ARTICLE AD BOX
KincaiMedia – Surat nan terakhir dalam Alquran adalah surat An-Nas nan berfaedah “manusia”, turun berbarengan dengan surat Al-Falaq nan berangkaian tentang kejadian nan menimpa Nabi, berupa sihir nan dilakukan Labid bin Al A’shom, seperti dalam quote tafsir nan ditulis Ibnu Asyur, beliau mengutip pendapat Imam Suyuti dalam Kitab Al-Itqan.
Surat An-Nas berbunyi:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)
Artinya:
- Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
- Raja manusia.
- Sembahan manusia.
- Dari kejahatan (bisikan) setan nan biasa bersembunyi,
- Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
- Dari (golongan) hantu dan manusia.
- Kata an-nas nan berfaedah “fase kanak kanak”.
Kata an-nas didahului dengan kata rabbi nan mengisyaratkan bahwa proses kehidupan ini diawali dengan fase kanak-kanak nan semestinya mendapatkan pendidikan, lantaran kata rabbi berasal dari kata rabiha yarbahu nan berfaedah mendidik. Jadi, Allah Swt. mendidik dan mengajarkan banyak perihal melalui ayat nan tersurat adalah Alquran maupun Hadis, serta ayat nan tersirat, adalah alam semesta ini.
2. Kata an-nas nan berfaedah “fase dewasa”.
Dalam ayat kedua, kata an-nas didahului dengan kata malik nan berfaedah pemimpin namalain raja. Hal ini identik dengan orang nan memasuki fase kedewasaan seseorang dalam berpikir serta bertindak setelah melalui pengembaraan menimba pengetahuan di fase anak-anak, kemudian siap terjun di masyarakat menjadi seorang pemimpin nan bisa mengemban tugas dan petunjuk nan diberikan kepadanya.
3. Kata an-nas nan berfaedah memasuki “fase tua”.
Ayat ketiga, kata an-nas diawali kata ilah nan berfaedah Tuhan seluruh manusia, kata ini mengidentikkan tentang ibadah terhadap Tuhan, nan biasanya dilakukan oleh orang-orang tua setelah merasakan lika-liku kehidupan, mulai getir pahitnya sebuah profesi, jabatan, maupun kedudukan, golongan ini merasakan adanya kekosongan spiritual dalam hatinya, dan merasa ajal semakin mendekatinya.
4. Kata an-nas dalam ayat 5 berfaedah “ulama” dan “ahli ibadah”.
Ayat nan kelima mengisyaratkan tentang ujian maupun rayuan nan selalu menghantui mereka, terutama lantaran banyak pendapat ustadz dalam kitab-kitab literatur. Kadangkala seorang ustadz menjadi bimbang dalam menentukan jawaban sebuah persoalan nan terjadi, begitu juga banyak orang nan mengetahui agama, namun tidak mau mengamalkannya.
Begitu juga nan dirasa seorang nan mahir ibadah dalam menjalankan aliran agama, kadang terlintas keraguan dalam hatinya, dia merasa ibadahnya pasti diterima tanpa mendasari dengan pengetahuan nan mumpuni.
Seperti Syair arab nan tertuang dalam kitab Ta’limul Mutaallim berbunyi:
فسَادٌ كَبيرٌ عَالمٌ مُتَهتِّكُ…وأَكبَرُ مِنهُ جَاهِلٌ مُتَنسِّكُ
هما فِتنَةٌ في العَالمينَ عَظِيمَةٌ…لمن بهِما في دِينِه يتَمسّكُ
Artinya: bakal terjadi kerusakan nan besar sekali, terutama nan dilakukan 2 golongan: Pertama, orang nan mengetahui pengetahuan agama, namun tidak mempraktekkan ilmunya. Kedua, mahir ibadah nan tidak dilandasi dengan ilmu, keduanya bakal menjadi sumber masalah bagi nan mengikuti keduanya.
5. Kata an-nas dalam ayat ke 6 menujukkan “manusia penggoda”.
Yang mempunyai perangai jahat, seringkali bikin onar, dan menyusahkan orang lain. Ayat ini juga mengisyaratkan tentang rayuan nan menghalangi langkah manusia dalam menjalankan kebaikan, ada nan terlihat jelas adalah dari golongan manusia, begitu juga ada golongan hantu nan kasat mata.