ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Sembari tergopoh-gopoh, Nenek Tami (70) menjajakan kue nan dibawa di atas kepala. Tangannya lainnya pun sibuk membawa kue lainnya nan dirasa cukup berat.
Jika diperhatikan tampilan nenek Tami seperti orang tua pada umumnya, tapi siapa sangka Nenek nan sudah ditinggal suami sejak 10 tahun ini menderita katarak di dua bola matanya.
Saat berbuatbaik.id membersamai Nenek Tami berjualan, beberapa kali nenek tak memandang adanya motor di depannya nan tengah melintas. Setiap kali juga nenek nyaris menabrak apapun di depannya. Tentu saja, skill memandang nan jelek ini tak lepas dari dua matanya nan katarak.
Nenek Tami/ Foto: berbuatbaik
"Kataraknya udah berpuluh-puluh tahun nan ini (menunjuk mata kiri) nan gak liat sama sekali. nan ini (mata kanan) nan tadinya rada terang sekarang rada burem," ungkap sang nenek tanpa rasa resah sedikit pun.
Nenek Tami pun mengakui bahwa skill memandang jelek membikin dia beberapa kali nyaris celaka. Beruntung banyak tetangga nan juga langganannya memperhatikan nenek ketika berbisnis keliling.
"Pernah kadang-kadang lewat jalan raya ga bisa trus ada nan sebrangin. Kadang-kadang nyaris mau nabrak gerobak udah burem banget," keluhnya.
Beberapa kali sebenarnya nenek mendapat kesempatan untuk melakukan operasi katarak cuma-cuma namun urung dia lakukan. Alasan pertamanya, ketakutan bakal gagal. Selain itu, dia resah tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup selama pemulihan pasca operasi.
"Sering nawarin operasi saya takut, saya takut kandas ntar kita ga liat sama sekali. Ntar kita ga bisa upaya sama sekali. Kalau gak jual beli sebulan dua bulan makanya saya takutnya kayak gitu, Apalagi ga bisa ngandelin anak jadi saya gak mau. Saya bingung kayak gitu saya operasi sebulan dua bulan gimana duitnya," curhat nenek gelisah.
Nyatanya, Nenek Tami tinggal berdampingan satu cucunya nan bekerja sebagai penjaga toko dengan penghasilan Rp 1,5 juta saja. Sementara itu, anaknya tinggal terpisah dan mengalami ekonomi nan sama sulitnya. Nenek Tami pun memutuskan untuk tidak merepotkan siapapun, termasuk anaknya.
Nenek Tami/ Foto: berbuatbaik
"cucu saya ga bisa penghasilan hanya 1.5 kasi mamanya 500. Cucu keadaanya gak mampu, sekarang anak hanya 1 hanya suaminya jual beli bakso ga cukup buat makan lantaran anak banyak," cerita Nenek Tami.
Oleh lantaran itu, Nenek pun dengan sekuat tenaga di usia nan senja terus berkeliling untuk mencari rupiah. Kue-kue ini dia ambil dari gerai di pasar dan dijual kembali dengan untung paling besar sehari Rp 40 ribu.
Ada asa nan disimpan agar kelak dirinya bisa memandang lagi dan tak resah bakal kebutuhan hidup selama pemulihan. Dia juga berambisi suatu hari dia dapat menikmati hari tua dengan nyaman tanpa bersusah payah keliling kampung berbisnis kue.
Sahabat baik, alangkah berharganya penglihatan bagi nenek untuk meneruskan hidup. Kamu bisa menjadi bagian dari jalan sinar bagi Nenek Tami. Caranya, mulai Donasi sekarang di berbuatbaik.id. Tidak perlu resah lantaran support untuk Nenek Tami 100% tersalurkan.
(mul/ziz)