Dongeng Anak: Pesut Terakhir, Penjaga Sungai Mahakam

Sedang Trending 4 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Di tengah arus tenang sungai Mahakam, seekor pesut berjulukan Seta berenang sendirian. Ia adalah pesut terakhir di sungai itu, setelah keluarganya perlahan menghilang lantaran kerusakan lingkungan. Setiap malam, Seta sering memandangi langit berbintang, mengenang masa kecilnya ketika sungai tetap penuh dengan tawa keluarganya.

"Ayah, Ibu, apakah kalian tetap bisa mendengar aku?" bisiknya lirih, menatap pantulan dirinya di permukaan air. "Aku sendirian sekarang, tapi saya janji bakal menjaga sungai ini untuk kalian."

Suatu pagi, bunyi bising menggema di sungai. Mesin-mesin berat sedang mengeruk pasir di tepiannya, membikin air keruh dan ikan-ikan pergi ketakutan. Seta mencoba mendekat. Ia melompat-lompat di permukaan air, berambisi para manusia bakal melihatnya.

"Hentikan! Kalian merusak rumahku!" serunya dengan putus asa, meski tahu manusia tidak bisa mendengar kata-katanya. Namun, alih-alih berhenti, mereka hanya tertawa memandang aksinya, menganggap Seta sebagai intermezo semata.

Seta kembali ke dalam air dengan hati nan berat. "Apakah tidak ada nan peduli? Apakah saya betul-betul kudu menghadapi ini sendirian?" dia berbisik pada dirinya sendiri, air mata nyaris jatuh dari matanya.

Dengan sisa harapannya, Seta pergi menemui Raja Kura-Kura, sahabatnya nan bijaksana. "Raja Kura-Kura, saya tidak tahu kudu melakukan apa. Sungai ini perlahan mati, dan saya terlalu lemah untuk menyelamatkannya sendirian."

Raja Kura-Kura menghela napas panjang. "Seta, meskipun Anda merasa mini dan sendirian, bunyi kebenaran tidak pernah sia-sia. Kita bakal berjuang bersama."

Dengan support Raja Kura-Kura, Seta memanggil semua makhluk sungai: ikan-ikan kecil, burung-burung air, apalagi serangga nan tinggal di tepi sungai. Mereka bekerja sama membersihkan air nan keruh dan mengembalikan kehidupan sungai.

Namun, Seta tetap merasakan beban di hatinya. Saat malam tiba, dia berenang ke perspektif sunyi sungai dan berbincang pada dirinya sendiri. "Aku kangen keluargaku. Aku mau mereka memandang bahwa saya mencoba sekuat tenaga. Tapi... apakah ini cukup?"

Tak disangka, keesokan harinya, seorang anak mini nan tinggal di desa tepi sungai memandang upaya Seta. "Ayah, lihat pesut itu! Dia bekerja keras untuk sungai kita. Kita tidak boleh membiarkannya sendirian," kata anak itu penuh semangat.

Kata-kata anak itu menyentuh hati banyak orang. Perlahan, manusia mulai berhujung merusak sungai dan berasosiasi membantu memulihkan keindahannya.

Kini, meski Seta tetap menjadi pesut terakhir, dia tidak lagi merasa sendirian. Setiap malam, dia menatap bintang-bintang dan berbisik, "Ayah, Ibu, saya tidak sendiri lagi. Manusia mulai peduli. Aku bakal terus menjaga sungai ini untuk kalian."

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027