ARTICLE AD BOX
Sayap militer Hamas Brigade Izzuddin al Qassam.
KincaiMedia, JAKARTA -- Meski serba terbatas, Sayap militer Hamas Brigade Izzuddin al Qassam tak berhujung memukul mundur pasukan militer Israel. Dua golongan pasukan nan saling membunuh ini sangat bertolak belakang.
Hamas diliputi kekurangan. Senjatanya terbatas, memodifikasi nan ada. Sebaliknya, Israel punya segala senjata canggih, tapi tetap kandas memusnahkan Hamas. Mengapa demikian?
Jawaban pertanyaan itu bisa jadi ada dalam kisah Tsun Tzu, sang panglima tentara nan luar biasa hebat. Betapa tidak, dia hanya punya 30 ribu pasukan, tapi bisa menaklukkan 200 ribu pasukan lawan. Begini ceritanya.
Sun Tzu lahir pada tahun 496 SM di kota Zhejian, Tiongkok. Dia berasal dari family militer. Ayah, kakek, dan kakek buyutnya adalah pemimpin militer. Dia hidup melalui masa di mana banyak terjadi peperangan antara lebih dari 130 kerajaan kecil. Dia mempunyai pengalaman dalam pertempuran, demikian saran salah satu pemimpin militer senior raja untuk meminta bantuannya. Maka Sun Tzu menulis kitab ini, nan terdiri dari 13 bab. Dia menyerahkannya kepada seorang raja.
Ketenaran Tzu menyebar setelah sejumlah kemenangan setelah raja mengangkatnya menjadi panglima tentara, dan kerajaan berkembang. Manuskrip Tiongkok berbincang tentang gimana Tzu, dengan pasukan sebanyak 30.000 tentara, mengalahkan pasukan musuhnya nan berjumlah 200.000 tentara, lantaran kurangnya organisasi dan manajemen musuhnya.
Seni Perang dianggap sebagai kitab suci studi militer, dan mempunyai pengaruh luas di luar Tiongkok. Dia mempengaruhi Napoleon Bonaparte dan Staf Umum Jerman, Mao Zedong, MacArthur, dan Jenderal Vietnam Giap.