ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Hipogonadisme terjadi ketika tubuh seseorang tidak memproduksi cukup hormon seks. Apa sebenarnya hipogonadisme dan penyebab, gejala, pencegahan, dan pengobatan pada kasus tersebut?
Hipogonadisme terjadi ketika kelenjar seks (gonad) tubuh memproduksi sedikit namalain tidak sama sekali hormon. Pada pria, kelenjar ini adalah testis. Pada perempuan, kelenjar ini adalah ovarium.
Apa itu hipogonadisme?
Kelenjar seks, juga disebut gonad, terutama ovarium pada orang nan ditetapkan sebagai female at birth (AFAB) dan testis pada orang nan ditetapkan sebagai male at birth (AMAB).
Hormon seks membantu mengendalikan karakter seks sekunder, seperti perkembangan tetek pada orang AFAB, perkembangan testis pada orang AMAB, dan pertumbuhan rambut kemaluan. Hormon seks juga berdomisili dalam siklus menstruasi dan produksi sperma.
Hipogonadisme juga dikenal sebagai defisiensi gonad. Kondisi ini dapat disebut andropause namalain testosteron serum rendah ketika terjadi pada orang AMAB.
Penyebab hipogonadisme
Penyebab hipogonadisme dapat berbudi pekerti primer (testis namalain ovarium) namalain sekunder (masalah dengan hipofisis namalain hipotalamus). Pada hipogonadisme primer, ovarium namalain testis sendiri tidak berfaedah dengan baik. Penyebab hipogonadisme primer meliputi:
1. Gangguan autoimun tertentu
2. Gangguan genetik dan perkembangan
3. Infeksi
4. Kelebihan unsur besi (hemokromatosis)
5. Penyakit hati dan ginjal
6. Radiasi (pada gonad)
7. Pembedahan
8. Trauma
Gangguan genetik nan paling umum nan menyebabkan hipogonadisme primer adalah sindrom Turner (pada perempuan) dan sindrom Klinefelter (pada pria).
Jika seseorang sudah mempunyai gangguan autoimun lain, mereka mungkin berisiko lebih tinggi mengalami kerusakan autoimun pada gonad. Ini dapat mencakup gangguan nan memengaruhi hati, kelenjar adrenal, dan kelenjar tiroid, serta glukosuria jenis 1.
Pada hipogonadisme sentral, pusat-pusat di otak nan mengendalikan gonad (hipotalamus dan hipofisis) tidak berfaedah dengan baik. Penyebab hipogonadisme sentral meliputi:
1. Anoreksia nervosa
2. Perdarahan di area hipofisis
3. Konsumsi obat-obatan, seperti glukokortikoid dan opiat
4. Menghentikan steroid anabolik
5. Masalah genetik
6. Infeksi
7. Kekurangan nutrisi
8. Kelebihan unsur besi (hemokromatosis)
9. Radiasi (ke hipofisis namalain hipotalamus)
10. Penurunan berat badan nan sigap dan signifikan (termasuk penurunan berat badan setelah operasi bariatrik)
11. Operasi (operasi dasar tengkorak di dekat hipofisis)
12. Trauma
13. Tumor
Penyebab genetik hipogonadisme sentral adalah sindrom Kallmann. Banyak orang dengan kondisi ini juga mengalami penurunan indra penciuman seperti dikutip dari laman Pennmedicine.
Menopause adalah argumen paling umum untuk hipogonadisme. Hal ini normal terjadi pada semua wanita dan terjadi rata-rata pada usia sekitar 50 tahun. Kadar testosteron juga menurun pada laki-laki seiring bertambahnya usia. Kisaran testosteron normal dalam darah jauh lebih rendah pada laki-laki berumur 50 hingga 60 tahun dibandingkan pada laki-laki berumur 20 hingga 30 tahun.
Gejala penyakit hipogonadisme
Ada banyak indikasi nan perlu diwaspadai ketika muncul akibat penyakit hipogonadisme. Berikut ini di antaranya ya, Bunda:
1. Pria sebelum pubertas
Pada anak laki-laki, hipogonadisme memengaruhi perkembangan otot, janggut, perangkat kelamin, dan suara. Kondisi ini juga menyebabkan masalah pertumbuhan.
2. Pria setelah pubertas
Pada pria, indikasi hipogonadisme bisa memunculkan beberapa hal. Di antaranya pembesaran payudara, kehilangan otot, penurunan minat terhadap seks (libido rendah). Jika terdapat tumor hipofisis namalain tumor otak lainnya (hipogonadisme sentral), mungkin bakal terjadi sakit kepala namalain kehilangan penglihatan, keluarnya cairan susu dari payudara, dan indikasi kekurangan hormon lainnya.
Tumor nan paling umum nan memengaruhi hipofisis adalah kraniofaringioma pada anak-anak dan adenoma prolaktinoma pada orang dewasa.
3. Perempuan sebelum pubertas
Gadis nan mengalami hipogonadisme tidak bakal mengalami menstruasi. Hipogonadisme dapat memengaruhi perkembangan tetek dan tinggi badan mereka.
4. Perempuan setelah pubertas
Jika hipogonadisme terjadi setelah pubertas, indikasi pada wanita meliputi gejolak panas, perubahan daya dan suasana hati, menstruasi menjadi tidak teratur namalain berhenti.
Diagnosis hipogonadisme
Untuk mengetahui adanya pemeriksaan hipogonadisme, perlu dilakukan serangkaian tes untuk pemeriksaan lebih lanjut ya, Bunda. Di antaranya sebagai berikut:
1. Kadar estrogen (perempuan)
2. Kadar hormon perangsang folikel (FSH) dan luteinizing hormone (LH)
3. Kadar testosteron (pria) - interpretasi tes ini pada laki-laki nan lebih tua dan laki-laki nan mengalami obesitas bisa jadi susah sehingga hasilnya kudu didiskusikan dengan endokrinologis
4. Pengukuran kegunaan hipofisis lainnya
Selain itu, tes lainnya mungkin meliputi beberapa perihal berikut:
1. Tes darah untuk anemia dan unsur besi
2. Tes genetik termasuk kariotipe untuk memeriksa struktur kromosom
3. Kadar prolaktin (hormon susu)
4. Jumlah sperma
5. Tes tiroid
6. Terkadang tes pencitraan diperlukan, seperti sonogram ovarium. Jika diduga ada penyakit hipofisis, MRI namalain CT scan otak dapat dilakukan.
Cara mengobati hipogonadisme
Pengobatan hipogonadisme dapat diberikan sesuai dengan kategorinya ya, Bunda. Berikut ini di antaranya nan bisa dilakukan:
Pengobatan hipogonadisme pada pria
Suntikan gonadotropin-releasing hormone (GnRH) namalain gonadotropin (seperti hCG namalain FSH) dapat memicu pubertas namalain meningkatkan produksi sperma.
Jika mengalami hipogonadisme primer, maka dapat mencoba pengambilan sperma dan support sperma sebagai pilihan untuk pembuahan, serta intracytoplasmic sperm injection (ICSI), seperti dikutip dari laman Healthline.
Jika kesuburan bukan masalah, mereka bisa mendapatkan replacement therapy (TRT). Testosteron tersedia dalam beragam bentuk, termasuk:
1. Suntikan
2. Plester
3. Pelet
4. Gel
Pengobatan hipogonadisme pada perempuan
Perawatan bakal melibatkan peningkatan jumlah hormon seks perempuan. Perawatan bakal bervariasi tergantung pada jenis hipogonadisme nan dialami dan apakah mereka sedang berupaya untuk hamil.
Jika mengalami hipogonadisme primer dan kegagalan ovarium, biasanya perlu mencari bentuk-bentuk pengganti lainnya. Pilihannya meliputi beberapa perihal berikut:
1. Donasi sel telur
2. Menggunakan gestational carrier
3. Adopsi
Jika Bunda mengalami hipogonadisme sekunder dan kadar FSH rendah, Bunda biasanya memerlukan suntikan FSH. Beberapa orang bakal memerlukan suntikan FSH dan hormon human choriogonadotropin (hCG) untuk memicu ovulasi.
Beberapa orang juga bakal memerlukan terapi estrogen. Estrogen tambahan dapat diberikan melalui koyo namalain pil. Jika Bunda telah menjalani histerektomi, terapi estrogen mungkin bakal menjadi lini pertama perawatan Bunda.
Karena peningkatan kadar estrogen dapat meningkatkan akibat kanker endometrium, Bunda bakal diberikan kombinasi estrogen dan progesteron jika Bunda belum menjalani histerektomi. Progesteron dapat menurunkan akibat kanker endometrium jika Bunda mengonsumsi estrogen.
Perawatan lain dapat menargetkan indikasi tertentu. Untuk hipogonadisme eugonadotropik, master biasanya bakal mengobati penyebab nan mendasarinya, seperti PCOS.
Komplikasi hipogonadisme
Pada perempuan, hipogonadisme dapat menyebabkan kemandulan. Menopause adalah corak hipogonadisme nan terjadi secara alami. Kondisi ini dapat menyebabkan hot flashes, kekeringan vagina, dan mudah tersinggung lantaran kadar estrogen menurun. Risiko osteoporosis dan penyakit jantung meningkat setelah menopause.
Beberapa wanita dengan hipogonadisme menjalani terapi estrogen, paling sering mereka nan mengalami menopause dini. Namun, penggunaan terapi hormon jangka panjang dapat meningkatkan akibat kanker payudara, pembekuan darah, dan penyakit jantung (terutama pada wanita nan lebih tua). wanita kudu berbincang dengan master tentang akibat dan kegunaan terapi hormon menopause.
Pada pria, hipogonadisme menyebabkan hilangnya antusiasme seks dan dapat menyebabkan:
1. Impotensi
2. Infertilitas
3. Osteoporosis
4. Kelemahan
Pria biasanya mempunyai testosteron nan lebih rendah seiring bertambahnya usia. Namun, penurunan kadar hormon tidak sedramatis pada perempuan.
Kapan kudu ke dokter?
Saat mengalami penyakit hipogonadisme, segeralah menghubungi master ketika memandang beberapa kondisi berikut:
1. Keluarnya cairan dari payudara
2. Pembesaran tetek (pria)
3. Hot flashes (perempuan)
4. Impotensi
5. Kerontokan rambut tubuh
6. Kehilangan periode menstruasi
7. Masalah untuk hamil
8. Masalah dengan dorongan seks
Baik laki-laki maupun wanita kudu menghubungi master jika mereka mengalami sakit kepala namalain masalah penglihatan.
Cara mencegah hipogonadisme
Beberapa langkah mencegah hipogonadisme dapat dilakukan agar kasus tersebut dapat segera dituntaskan ya, Bunda. Salah satunya dengan menjaga kebugaran, menjaga berat badan normal, dan kebiasaan makan sehat nan dapat membantu tubuh tetap fit.
Semoga informasinya membantu ya, Bunda.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)