ARTICLE AD BOX
ILUSTRASI Jauhi sikap menunda-nunda.
KincaiMedia, JAKARTA -- Kehidupan selalu melangkah ke depan. Dalam arti, masa nan telah berlalu tidak mungkin kembali lagi. Pada saat nan sama, hari besok sudah berada di pelupuk mata. Karena itu, sekarang adalah momen nan paling tepat untuk memulai namalain menyelesaikan pekerjaan. Jangan habiskan waktu dengan terus menerus menunggu.
Sikap menunda-nunda hanya bakal berbuah kerugian. Bahkan, penyesalan dapat terjadi jika kita menyia-nyiakan waktu sekarang. Islam mengajarkan manusia agar tidak bermalas-malasan dan berpangku tangan. Sebab, selalu ada proses nan mesti dilalui sebelum mencapai suatu hasil.
Selagi mampu
Dalam surah Luqman ayat ke-34, Allah berfirman, nan artinya, “Dan tidak ada seorang pun nan dapat mengetahui (dengan pasti) apa nan bakal dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun nan dapat mengetahui di bumi mana dia bakal mati.”
Ayat itu menegaskan, hanya Allah Ta’ala nan mengetahui takdir masa depan, termasuk dalam perihal kematian. Maka dari itu, seorang Mukmin hendaknya tidak menunda-nunda melakukan kebaikan selagi mampu. Apabila tidak ada halangan nan mendesak, teruslah berupaya dalam mewujudkan cita-cita.
Tidak merugi
Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah pernah berkata, “Mimpi saja (tanpa diiringi usaha) adalah modal bagi orang nan bangkrut.” Mereka nan dipenuhi banyak angan-angan, bakal mudah dipuaskan oleh kepalsuan. Sering kali, nan terjadi bukanlah bahwa mereka tidak bisa berbuat. Namun, rasa malas lebih dominan daripada tekad nan kuat.
Agar tidak merugi di masa depan, jangan biasa menunda-nunda ikhtiar. Waktu tidak bakal berbincang dengan siapapun, apatah lagi para pemalas. Jangan salahkan pihak lain jika diri tidak bangkit dari awal untuk menyongsong perubahan zaman. Imam Syafii berkata, “Waktu ibaratkan pedang. Bila dia tidak digunakan dengan baik, maka bisa menebasmu.”