ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Autisme menjadi salah satu kondisi nan kasusnya semakin bertambah di Indonesia. Tanpa disadari, autisme bisa terlihat pada anak melalui kebiasaan makan mereka.
Dokter mahir anak RS Hermina Jatinegara, dr. Mira Dewita, Sp.A, menjelaskan bahwa autisme merupakan kondisi nan berangkaian dengan perkembangan otak anak. Selain itu, mereka juga kurang bisa mengekspresikan emosi dan menunjukkan respons.
"Autisme merupakan kondisi nan berangkaian dengan perkembangan otak anak. Autisme namalain spectrum disorder bakal mengganggu langkah anak berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan orang lain," katanya pada HaiBunda beberapa waktu lalu.
"Anak nan mengalami kondisi autis susah menjalin hubungan timbal balik. Mereka juga kurang mengekspresikan emosi dan menunjukkan respon ketika diajak bicara," sambungnya.
Apakah autisme bisa diobati?
Dalam kesempatan nan sama, dr. Mira mengatakan bahwa ada beberapa terapi nan bisa diberikan agar anak autis bisa berkomunikasi, berbicara, serta berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Namun, perihal pertama nan perlu dilakukan adalah membawa Si Kecil ke klinik tumbuh kembang.
"Ketika anak didiagnosa autis, Bunda bisa memberikan beberapa terapi agar bisa berkomunikasi, berbicara, dan berinteraksi. Penanganan pertama, bawa Si Kecil ke master namalain klinik tumbuh kembang untuk menegakkan pemeriksaan mengenai gangguan spektrum nan dialaminya," tuturnya.
Di klinik tumbuh kembang, umumnya master anak dan master rehabilitasi medis bakal terus memantau dan memandang perkembangan anak. Ketika anak dinyatakan autis, terapi nan diberikan bakal membikin mereka tumbuh lebih berdikari dan bisa menjalani aktivitas sehari-hari.
"Selama diterapi, ciri-ciri anak autis bakal terlihat lebih jelas lantaran pengamatan namalain observasinya melangkah lebih panjang," ungkap dr. Mira.
Tanpa Bunda dan Ayah sadari, karakter anak autis juga bisa terlihat dari kebiasaan mereka ketika makan. Hal ini tertera dalam penelitian dari Penn State University.
Kebiasaan makan anak idap autisme
Dikutip dari laman The Bump, penelitian menjelaskan bahwa perilaku makan 'atipikal' terlihat pada 70 persen anak autis nan 15 kali lebih sering terjadi dibandingkan pada anak neurotipikal.
Perilaku makan nan tidak biasanya ini bisa beragam, misalnya saja sebagai berikut:
- Menjadi pemilih makanan (picky eater) nan parah
- Hipersensitif terhadap tekstur namalain suhu makanan
- Mengemut makanan tanpa menelan
"Perilaku ini datang pada anak nan berumur satu tahun dengan autisme dan bisa menjadi petunjuk bahwa seorang anak mungkin menderita autisme," ujar penulis utama studi sekaligus pembimbing besar psikiatri, Susan Mayes.
Para peneliti melakukan lebih dari 2.000 wawancara dengan orang tua untuk mengetahui tentang perilaku makan anak-anak mereka. Mereka pun menganalisis perbedaan gelombang perilaku makan nan tidak biasa antara anak-anak tanpa autisme dan mereka nan mempunyai autisme, ADHD, serta gangguan lainnya.
Banyak anak autis makan makanan selektif, sebagian besar terdiri dari produk biji-bijian seperti pasta dan roti, serta chicken nugget. Karena anak-anak dengan kondisi ini condong mempunyai kepekaan sensorik nan tinggi dan tidak menyukai perubahan sehingga mereka condong tidak mencoba makanan baru.
"Saya pernah merawat seorang anak nan tidak makan apa-apa selain daging asap dan hanya minum es teh. Pola makan nan tidak biasa seperti ini tidak bisa menopang (pertumbuhan) anak-anak," ujar kepala Program Pemberian Makan di Penn State Children's Hospital, Keith William.
Meski begitu, master dan terapis bakal tetap memantau perilaku anak untuk memastikan mereka mendapatkan semua nutrisi nan mereka butuhkan untuk tumbuh dan berkembang. Perlu diingat, hindari mendiagnosa sendiri ya, Bunda. Konsultasikan terlebih dulu kepada master anak soal tumbuh kembang Si Kecil.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)