ARTICLE AD BOX
KincaiMedia- Bulan Rajab merupakan salah satu dari empat bulan haram (suci) nan disebutkan dalam Al-Qur’an surah at Taubah ayat 36. Rajab adalah waktu untuk menanam bibit kebaikan kebaikan nan bakal kita sirami di bulan Syaban dan kita panen di bulan Ramadan. Nah berikut “khutbah Jumat; Hikmah Bulan Rajab dalam Mengawali Tahun 2025”. Khutbah Jumat I
الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَتَكْمُلُ البَرَكَاتُ، وَبِإذْنِهِ تُوْجَدِ الْمَوْجُوْدَاتُ، الشُّرُوْرُ والسَّيِّئَاتِ، الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، سَيِّدِ السَّادَاتِ، وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ النُّجُوْمُ النَّيِّرَاتِ. عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوْا اللهَ، وَصَلُّوْا عَلى الْمُصْطَفى نَبِيَّ اللهِ، وَسَلِّمْ عَلَيْهِ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلى آلِهِ وَأصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ
Hadirin sidang khutbah Jumat nan mulia
Kita berterima kasih kepada Allah atas segala karuniaNya, sehingga kita dapat melewati tahun 2024 nan penuh makna, dan memasuki tahun baru 2025 miladiyah ini, dengan segala angan sembari memohon perlindungan dan kasih sayang-Nya.
Adalah sangat spesial bahwa tahun 2025 ini kita awali dalam bulan Rajab 1446 H. Secara kebahasaan, Rajab terambil dari kata “tarjib” nan artinya mengagungkan dan memuliakan. Inilah salah satu bulan dari empat bulan haram, adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 36, di mana Tuhan memerintahkan kepada kita untuk jangan sekali-kali menzalimi diri kita sendiri di dalamnya;
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةًۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ ٣٦
Artinya; Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) kepercayaan nan lurus, maka janganlah Anda menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi Anda semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berdampingan orang-orang nan bertakwa.
Hadirin sidang khutbah Jumat nan mulia
Tentu saja, di samping empat bulan ini, kita juga mengakui bulan Ramadhan nan kedudukannya banget sangat istimewa. Kendatipun demikian, Syaikh Nawawi al-Bantani dalam Tafsir Marāḥ Labīd nan mengutip sahabat Ibnu ‘Abbas r.a. berpesan, bahwa hendaknya kita tidak menganiaya diri kita sendiri dalam sepanjang dua belas bulan dalam satu tahun, demi mencegah diri kita dari melakukan kerusakan di sepanjang usia.
Selain daripada itu, menurut pendapat nan masyhur, dalam bulan Rajab inilah terjadi perjalanan nan menakjubkan, adalah Nabi Muhammad SAW diperjalankan pada sedikit saja dari waktu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha – sebagaimana termaktub dalam Surah Al-Isra’ ayat 1 nan khatib bacakan pada muqaddimah – kemudian lanjut menembus langit, menghadap Allah di Sidratul Muntaha untuk menerima perintah shalat lima waktu, lantas beliau kembali lagi ke Masjidil Haram.
Dua peristiwa suprarasional nan kita kenal sebagai Isra’ dan Mi’raj. Oleh karenanya, mari kita renungkan segelintir hikmah di dalam bulan Rajab nan mudah-mudahan dapat menjadi bekal kita, termasuk khatib pribadi, dalam menjalani tahun 2025 miladiyah ini dan seterusnya.
Hadirin sidang khutbah Jumat nan mulia
Yang pertama, Rajab adalah bulan persiapan, adalah persiapan menuju bulan Ramadhan nan mulia. Sekian banyak ustadz berpesan, bahwa untuk memantapkan Ramadhan kita, maka persiapannya dimulai sejak Rajab, lantaran Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyiram, dan Ramadhan adalah bulan memanen.
Persiapan itu tidak hanya dengan menambah shalat, sedekah, namalain membaca Al-Quran, namun juga dengan segala kebaikan shalih nan mendatangkan kebaikan bagi diri kita sendiri dan orang lain, selama dibenarkan agama. Kalau kita mau merujuk kepada “tamu paling agung” dalam bulan Ramadhan, adalah Lailatul Qadar, maka salah satu tanda orang nan mendapatkannya adalah adanya salamun (kedamaian), seperti termaktub dalam akhir Surah Al-Qadr:
سَلٰمٌۛ هِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِࣖ
Maka sudah sepatutnya kita bersiap-siap dengan menghadirkan kedamaian untuk diri kita, tenteram dengan orang lain, juga dengan sekalian alam raya ini. Lebih lanjut lagi, seseorang tidak disebut “gagal menemukan” jika dia tidak bersiap-siap dan berupaya mencari.
Hadirin sidang khutbah Jumat nan mulia
Maka hendaknya kita bersiap dan berupaya untuk menyambut Ramadhan dan Lailatul Qadar dari sekarang, sehingga minimal jika kita “gagal mendapatkannya”, itu lantaran memang kita sudah berupaya sebaik mungkin, dan semoga Allah memberi ganjaran atas ikhtiar kita. Demikian pula untuk jenis angan serta angan kita, mari kita persiapkan dan usahakan sebaik mungkin dari jauh-jauh hari.
Yang kedua, kita dapat meresapi jenis pesan dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj nan bakal kita peringati sesuai dengan pendapat nan terkenal pada 27 Rajab nanti. Di antaranya ialah:
- Pertama, corak pertolongan dan penghiburan Allah SWT.
Sudah maklum dan masyhur di kalangan kita bahwa Allah SWT mengisra’kan Nabi SAW sebagai pertolongan dan penghiburan kepada beliau setelah ditimpa kedukaan nan begitu mendalam, adalah wafatnya istri beliau, Sayyidatina Khadijah radhiyallahu ‘anha, dan om beliau, Abu Thalib. Dua sosok krusial dalam dakwah Kanjeng Nabi di Makkah.
Di samping itu, dalam beberapa tahun sebelumnya pula, Nabi SAW dan para sahabat menghadapi boikot ekonomi dan sosial nan begitu rumit dan menghalang kehidupan serta perkembangan dakwah beliau semua. Di dalam kepiluan dan besarnya tantangan itu, Allah SWT berkenan menganugerahkan intermezo spiritual nan tiada terkira.
Datangnya pertolongan dan penghiburan ini juga tersirat dalam surah nan mendahului surah Al-Isra’, adalah surah An-Nahl. Para mufassir mengatakan, bahwa surah nan lebih awal adalah muqaddimah dari surah berikutnya, suatu corak keserasian antar ayat dan surat. Syaikh Al-Biqa’i dalam tafsirnya, Nazhm ad-Durar serta Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi menguraikan bahwa dua ayat terakhir surah An-Nahl menegaskan agar Nabi SAW bersabar semata-mata dengan pertolongan Allah.
Demikian pula bahwa Allah selalu berdampingan dan ibaratkan membentengi hamba-hamba nan bertaqwa dan muhsin. Maka kemudian ayat ini langsung dilanjutkan dengan surah al-Isra’ ayat 1, nan menegaskan kemahasucian Allah dari segala kelemahan dan keserupaan dari makhluk, dan Mahakuasa Dia nan memperjalankan Nabi SAW pada malam hari diiringi jenis keberkatan, serta Tuhan menunjukkan sebagian dari tanda-tanda kebesaranNya. Inilah pesan bagi kita, bahwa penyertaan Allah bakal selalu ada bagi kita nan sabar, taat, dan terus melakukan ihsan / kebajikan.
Kedua, Peneguhan ketaatan dan taqwa.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah peristiwa suprarasional nan tidak bisa dijangkau oleh logika manusia. Namun demikian, dia bisa dipahami dengan hati dan ketaatan nan mantap. Di sinilah pentingnya kita mendudukkan tiga golongan peristiwa, adalah peristiwa logis (dapat terjadi menurut logika sehat), irasional (tidak masuk akal), dan suprarasional (melampaui skill logika pikiran manusia).
Akal memang tidak bisa menjangkau seluruh nan disampaikan agama, lantaran memang kita hanyalah diberikan pengetahuan nan banget sedikit, khususnya untuk perihal nan sifatnya ruhaniah:
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا
Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang roh. Katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan Anda tidak diberi pengetahuan selain hanya sedikit.” (Al-Isra’-17: 85)
Orang bijak mengatakan “Anda mesti percaya lantaran Anda tidak tahu / tidak bisa menjangkaunya dengan akal”. Kita tentunya bisa meneladani Sayyidina Abu Bakar nan ketika mendengar buletin Rasulullah diperjalankan oleh Allah dalam waktu sekejap saja, beliau langsung menjawab;
“Jika semua itu betul ucapannya, maka saya percaya dan ketaatan kepadanya, apalagi sesuatu nan lebih jauh dari itu (kabar-kabar langit, mikraj) saya juga bakal percaya dan iman.” Walaupun demikian, pada saat nan sama, selayaknya kita terus menajamkan daya logika kita, lantaran untuk mencapai kesempurnaan iman, diperlukan kejernihan dan ketajaman hati dan akal, ketaatan dan ilmu.
اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ
Bahwasanya salah satu julukan bagi nan sempurna imannya, adalah orang nan khasyya’ (takut namalain mencapai kekaguman tertinggi kepada Allah), adalah para intelek nan terus berupaya memahami alam raya, baik nan rasional, maupun suprarasional, dengan membina daya pikir, fisik, dan batin. (potongan surah Faathir-35: 28).
Lebih lanjut lagi, sementara mufassir beranggapan bahwa perjalanan spesial ini, nan berangkat dari suatu masjid, kemudian menuju haribaanNya, lantas kembali ke masjid lagi, adalah isyarat agar manusia mengawali langkahnya dari masjid, simbol kepatuhan kepada Allah, dan berhujung lagi dengan kepatuhan kepadaNya. Hendaknya kita memulai dari Allah dan kembali kepada Allah.
Saudara sekalian, hikmah yang terakhir adalah; Pentingnya shalat bagi kita semua.
Shalat adalah inti dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Shalat lima waktu adalah fondasi kedua rukun Islam, tanggungjawab nan menjadi pembeda antara seorang muslim dan umat berakidah lain, satu-satunya perintah nan diterima langsung di haribaanNya, satu-satunya rukun Islam nan dikumandangkan dalam azan, dan adalah ibadah pertama nan dihisab pada hari kebangkitan.
Shalat sejatinya adalah ibadah nan mudah dilakukan. Sudah masyhur di dalam kitab-kitab mu’tabar bahwa semula Tuhan memerintahkan tanggungjawab shalat 50 kali sehari, namun setelah perbincangan Nabi Muhammad SAW dan Nabi Musa berulang kali, maka akhirnya Tuhan hanya minta 5 waktu. Itu pun jika ada halangan nan diterima agama, maka dapat diringkas. Kalau tidak menemukan air untuk berwudhu’, maka kita bisa tukar dengan tayammum. Ibadah nan banget ringkas, namun amatlah bernilai.
Shalat adalah undangan dari Allah. Alangkah buruknya orang nan diundang, tetapi tidak mau datang. Alangkah buruknya orang nan diundang, tetapi hanya mau datang saat dia perlu saja. Hendaknya kita shalat, memenuhi undangan Allah sesuai waktunya. Pastilah tidak selalu intens dan sempurna, sebagaimana ketaatan nan bisa naik dan turun, tetapi nan penting, kita berupaya agar kualitasnya meningkat dari waktu ke waktu.
Shalat pada hakikatnya bukan hanya kewajiban, tetapi merupakan kebutuhan absolut untuk mewujudkan manusia nan paripurna. Ia adalah kebutuhan logika pikiran dan jiwa manusia, sebagaimana dia merupakan kebutuhan untuk mewujudkan masyarakat nan diharapkan oleh manusia seutuhnya. Shalat dibutuhkan oleh pikiran dan logika manusia, lantaran dia merupakan pengejawantahan dari hubungannya dengan Tuhan dan menggambarkan kesadaran seorang hamba atas Tuhannya.
Nabi SAW bersabda:
اِذَا قَامَ اَحَدُكُمْ يُصَلِّى فَاِنَّهُ يُنَاجِى رَيَّهُ
Artinya; Manakala seseorang dari kalian mendirikan shalat, sesungguhnya dia sedang bermunajat (berbicara pribadi) dengan Tuhannya. (HR. Bukhari)
Shalat juga menggambarkan tata kerja semesta nan total, nan sepenuhnya diawasi dan dikendalikan oleh suatu kekuatan nan Mahadahsyat dan Maha Mengetahui, Tuhan nan Mahaesa. Dan jika demikian, amatlah tepat jika dikatakan bahwa semakin mendalam pengetahuan seseorang tentang alam raya ini, bakal semakin tekun dan intens pula dia melaksanakan shalatnya. Inilah shalat, salah satu modal krusial untuk membina daya pikir, fisik, dan batin, demi kesempurnaan iman.
Hadirin sidang khutbah Jumat nan mulia
Itulah sekelumit hikmah Rajab serta Isra’ dan Mi’raj bagi kita semua dalam mengawali tahun 2025 Miladiyah ini. Mudah-mudahan, kita dapat terus bersiap dan memperbaiki diri kita dengan menajamkan daya pikir, fisik, dan jiwa serta terus melakukan kebajikan. Sesungguhnya Allah adalah pangkalan tempat bertolak, dan Allah juga pelabuhan tempat bersauh.
Kepada Allah jua kita memohon pertolongan, perlindungan, dan keselamatan, termasuk bagi kita nan berada di Indonesia, maupun bagi saudara-saudari kita di mancanegara nan tetap dirundung kesulitan, seperti di Palestina dan wilayah-wilayah lainnya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah Jumat II
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، سَادَاتِــنَا أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ وَفِيهِمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَ لْمُسلِمِين، اللَّهُمَّ انْصُرْإِخْوَانَنَا الْمُسلِمِين المُجَاهِدِينَ وَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي فِلِسْطِين وَفِي كُلِّ مَكَانٍ وَفِي كُلِّ زَمَانٍ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينَنَا الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِى فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتِنَا الَّتِى فِيهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ اَقِمِ الصَّلٰوةَ