Makna Dan Manfaat Menundukkan Pandangan (bag. 1)

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Melihat merupakan salah satu pintu masuknya tuduhan ke dalam hati manusia. Tidak hanya memandang musuh jenis secara langsung, bakal tetapi memandang perkara-perkara nan diharamkan melalui bumi maya juga dapat menimbulkan fitnah.

Syariat Islam mengatur kita untuk menundukkan pandangan kita. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا۟ مِنْ أَبْصَٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا۟ فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ

“Katakanlah kepada orang laki-laki nan beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya. nan demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa nan mereka perbuat.’” (QS. An-Nur: 30)

Mari kita simak makna serta kegunaan dari menundukkan pandangan pada tulisan berikut ini.

Donasi Website KincaiMedia

Definisi secara bahasa

Secara bahasa, menundukkan pandangan namalain ghadul bashar (غَضُ البصر) berfaedah membatasi pandangan dan tidak mengumbarnya maupun memfokuskan pada perihal tertentu.

Ibnu Faris pada Mu’jam Maqayis Al-Lughah (4: 307) berkata, “Ghain (غ) dan dhad (ض) mengindikasikan pembatasan, seperti pada kata ghad al-bashar (menundukkan pandangan) …”

Ibnu Al-Manzur menyebut pada Lisan Al-‘Arab (7: 196), “Menundukkan pandangan (ghadul bashar) berfaedah menahannya.”

Definisi secara Islam

Di dalam terminologi Islam, menundukkan pandangan mempunyai beberapa arti, antara lain:

Menahan diri untuk memandang aurat orang lain, termasuk wanita non-mahram

Syaikh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan dalam Majmu’ Al-Fatawa (15: 414),

“Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kita di dalam kitab-Nya untuk menundukkan pandangan, di mana ada dua macam: menahan diri untuk memandang aurat dan menahan diri untuk memandang tempat nan berisi syahwat. Poin pertama adalah menahan diri untuk memandang aurat orang lain. Poin kedua adalah menahan diri untuk memandang aurat wanita non-mahram nan tidak tertutup. Hal ini lebih berat dari perihal pertama, seperti alkohol lebih berat daripada bangkai, darah, dan babi. Dan jawaban hadd diberikan kepada pelakunya (peminum alkohol), lantaran ketiga perihal nan dilarang ini tidak semenarik alkohol.”

Menahan diri untuk memandang ke dalam rumah orang lain dan segala perihal di kembali pintu

Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan di dalam Majmu’ Al-Fatawa (15: 379),

“Sebagaimana menundukkan pandangan termasuk tidak memandang aurat orang lain dan hal-hal nan dilarang, ini juga termasuk menahan diri dari memandang ke dalam rumah orang. Rumah seseorang itu menutup badannya sebagaimana busana menutupinya. Allah telah menyebut menundukkan pandangan dan menutupi area pribadi seseorang setelah ayat tentang meminta izin untuk masuk rumah, lantaran rumah menutupi manusia sebagaimana busana menutupi badannya.”

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitabnya Madarij As-Shalikin (1: 117),

“Larangan dalam memandang termasuk dalam memandang aurat, di mana ada dua macam: aurat di kembali busana dan aurat di kembali pintu.”

Menahan diri untuk memandang apa nan dimiliki orang lain, antara lain kekayaannya, istri-istrinya, anak-anaknya, dan perhiasan-perhiasan bumi lainnya

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَٱخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ

“Janganlah sekali-kali Anda menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup nan telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah Anda bersungkawa hati terhadap mereka dan berendah dirilah Anda terhadap orang-orang nan beriman.” (QS. Al-Hijr: 88)

Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di di dalam Tafsir As-Sa’di (hal. 434) menjelaskan,

“Oleh lantaran itu berikutnya Allah berfirman “Janganlah sekali-kali Anda menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup nan telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu)”, yaitu janganlah engkau terpana oleh ketakjuban nan mendorongmu menyibukkan diri untuk berfikir tentang rayuan syahwat duniawi nan sedang dinikmati oleh kaum hedonisme dan menjadikan orang orang tolol tertipu (dengan mereka). Merasa cukuplah dengan pemberian Allah bagimu, berupa matsani dan Al-Quran nan agung.”

Beliau juga menjelaskan (hal. 516),

“Artinya, janganlah terpesona dan janganlah memandang berulangkali dengan penuh kekaguman pada kenikmatan-kenikmatan bumi dan mereka nan menikmatinya, seperti makanan dan minuman nan lezat, busana nan indah, rumah nan megah, dan wanita-wanita nan berhias, lantaran semua itu adalah perhiasan-perhiasan bumi nan membikin orang-orang tertipu bergembira. Dan orang-orang nan melakukan sadis menikmatinya dengan mengabaikan akhirat. Akan tetapi, semua itu bakal segera berhujung dan lenyap, dan orang-orang nan mencintainya bakal mati, kemudian mereka bakal menyesal ketika penyesalan itu tidak ada gunanya, dan mereka bakal menyadari keadaan mereka ketika hari hariakhir tiba. Allah telah menjadikannya sebagai ujian dan cobaan, agar diketahui siapa nan tertipu olehnya dan siapa nan lebih baik amalnya.”

[Bersambung]

*** 

Penulis: Lisa Almira

Artikel KincaiMedia

Catatan kaki:

Artikel ini diterjemahkan dan diringkas dari tulisan tanya-jawab IslamQA dengan judul, “Meaning of Lowering the Gaze” oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid nan dapat diakses di:

https://islamqa.info/en/answers/85622/meaning-of-lowering-the-gaze

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027