ARTICLE AD BOX
‘Mufasa: The Lion King’ (2024) adalah prekuel dari movie animasi klasik Disney nan disutradarai oleh Barry Jenkins, nan sebelumnya dikenal melalui karya-karya seperti ‘Moonlight’ dan ‘If Beale Street Could Talk’. Film ini berupaya mengisahkan latar belakang Mufasa, ayah Simba, dengan pendekatan live-action nan serupa dengan remake ‘The Lion King’ tahun 2019.
Cerita dimulai dengan Mufasa muda, seekor anak singa yatim piatu nan berjumpa dengan Taka, pewaris garis keturunan kerajaan. Pertemuan ini memulai perjalanan nan luas, mengungkap masa silam Mufasa dan hubungannya dengan Taka, nan kemudian dikenal sebagai Scar.
Naskah nan ditulis oleh Jeff Nathanson berupaya memberikan kedalaman pada karakter Mufasa dan Scar, serta menjelaskan asal-usul elemen-elemen krusial dalam semesta The Lion King. Namun, beberapa kritikus merasa bahwa upaya ini berlebihan dan kurang menginspirasi. Entertainment Weekly menyebut bahwa movie ini mencoba terlalu keras untuk menjelaskan latar belakang bumi Simba, nan seringkali terasa berlebihan dan tidak menginspirasi.
Salah satu aspek nan paling menonjol dari movie ini adalah sinematografinya. Dengan penggunaan CGI nan canggih, movie ini sukses menghadirkan visual nan memukau dan mendetail, memberikan kehidupan pada karakter-karakter hewan dengan ekspresi nan lebih nyata.
Film ini menawarkan peningkatan visual dibandingkan dengan remake tahun 2019, dengan segmen bergerak dan lanskap luas nan menekankan akibat bumi alami pada para singa.
Pengisi bunyi dalam movie ini memberikan performa nan solid. Aaron Pierre mengisi bunyi Mufasa muda, sementara Kelvin Harrison Jr. berdomisili sebagai Taka. Tiffany Boone mengisi bunyi Sarabi, dan Mads Mikkelsen memberikan penampilan nan menonjol sebagai antagonis Kiros. Meskipun demikian, beberapa kritikus merasa bahwa narasi nan padat dan lagu-lagu baru dari Lin-Manuel Miranda kurang berkesan, sehingga mengurangi akibat emosional movie ini.
Lin-Manuel Miranda, nan dikenal melalui karyanya di ‘Hamilton’ dan ‘Moana,’ menyumbangkan lagu-lagu baru untuk movie ini. Namun, lagu-lagu tersebut menerima tanggapan beragam. Urutan musikal dalam movie ini kurang menonjol dibandingkan dengan soundtrack original nan ikonik.
Sejak dirilis, ‘Mufasa: The Lion King’ menerima beragam ulasan dari kritikus. Beberapa memuji peningkatan visual dan upaya untuk memberikan kedalaman pada karakter, sementara nan lain mengkritik naskah nan dianggap kurang orisinal dan lagu-lagu nan tidak berkesan. Entertainment Weekly memberikan nilai C+, menyebut movie ini sebagai tambahan nan secara visual menakjubkan namun lemah secara emosional dan naratif dalam repertoar live-action Disney.
‘Mufasa: The Lion King’ menawarkan visual nan memukau dan upaya untuk memperdalam cerita karakter ikonik. Namun, dengan naskah nan kurang orisinal dan musik nan tidak terlalu menonjol, movie ini mungkin tidak memenuhi angan bagi sebagian penonton.