ARTICLE AD BOX
Bagi seorang muslim, waktu adalah sesuatu nan sangat berharga. Waktu demi waktu, hari demi hari, bulan demi bulan, apalagi tahun demi tahun adalah sesuatu nan selayaknya menjadi pelajaran berbobot oleh setiap orang nan beriman. Waktu nan terus bergulir semestinya menjadi renungan untuk senantiasa memperbaiki diri agar menjadi pribadi nan lebih baik. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
يُقَلِّبُ ٱللَّهُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّأُو۟لِى ٱلْأَبْصَٰرِ
“Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada nan demikian itu terdapat pelajaran nan besar bagi orang-orang nan mempunyai penglihatan.” (QS. An-Nur : 44)
Hanya orang-orang nan Allah ‘Azza Wajalla beri taufik dan logika sehat bakal senantiasa merenung dan memperbaiki diri. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
“Sesungguhnya, dalam pembuatan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang nan berakal. (Yaitu) orang-orang nan mengingat Allah sembari berdiri, duduk, namalain dalam keadan berebahan serta memikirkan tentang pembuatan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Wahai Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami terhadap siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 190-191)
Dikutip dari Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah dalam kitab Al-Jawabul Kafi, disebutkan bahwa Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan,
الوقت كالسيف فإن قطعته وإلا قطعك، ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإلا شغلتك بالباطل
“Waktu itu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya (dengan baik), maka dia nan malah bakal menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti bakal tersibukkan dalam perihal nan sia-sia.”
Dan kejadian nan terjadi pada era ini adalah banyak kaum muslimin tersibukkan dengan perihal nan sia-sia pada setiap penghujung tahun. Mereka latah ikut-ikutan orang-orang kafir merayakan tahun baru masehi dengan berhura-hura, berfoya-foya, apalagi bermaksiat secara terang-terangan pun mereka lakukan. Perlu diingat, peringatan tahun baru, jangankan tahun baru masehi, tahun baru hijriah pun tidak ada dalam kepercayaan Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat pun tidak pernah merayakan akhir tahun dengan amalan-amalan tertentu, lebih-lebih dengan hal-hal nan sia-sia.
Justru, setiap penghujung akhir tahun banyak sekali kemungkaran nan terjadi, kemaksiatan merajalela, banyak sekali muda-mudi nan jatuh dalam perzinaan, dan semisalnya, wal’iyadzu billah. Tulisan ini dibuat sebagai nasihat untukku dan untukmu agar tidak terombang-ambing dengan gemerlapnya seremoni akhir tahun dan lebih memanfaatkan waktu untuk hal-hal nan jauh lebih bermanfaat.
Mengingat kembali prinsip seorang muslim
Sebagai seorang muslim, tujuan hidupnya di bumi adalah berakidah hanya kepada Allah ‘Azza Wajalla. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan saya tidak menciptakan hantu dan manusia, melainkan agar mereka berakidah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Merayakan tahun baru seringkali membikin kita lalai dari berakidah kepada-Nya dan justru mendekatkan kepada kemungkaran dan perbuatan sia-sia. Oleh lantaran itu, fokuslah pada hal-hal nan mendatangkan rida Allah.
Mengisi waktu senggang dengan hal-hal nan bermanfaat
Senantiasa mengisi waktu senggang dengan perihal nan bermanfaat, meningkatkan dan menguatkan iktikad dengan kembali mengkaji tauhid, membaca dan mentadaburi Al-Qur’an, dan menyibukkan diri dengan bermajelis ilmu, serta menjauhkan diri dari pemikiran-pemikiran menyimpang nan bisa merusak keyakinan.
Allah ‘Azza Wajalla memperingatkan kita bakal pentingnya waktu dalam firman-Nya,
وَٱلْعَصْرِ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu betul-betul dalam kerugian, selain orang-orang nan berakidah dan mengerjakan kebaikan saleh, saling menasihati agar menaati kebenaran, dan menasihati agar menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)
Merayakan malam tahun baru dengan hal-hal nan tidak berfaedah adalah di antara corak menyia-nyiakan waktu, nan semestinya dapat diisi dengan ibadah, introspeksi, ataupun aktivitas nan produktif lainnya.
Menghindari tasyabbuh terhadap orang-orang kafir
Islam sangat melarang tasyabbuh, adalah menyerupai tradisi namalain kebiasaan nan berasal dari kepercayaan namalain budaya orang-orang kafir. Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Siapa nan menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud, Kitab Al-Libas, no. 3512. Syekh Al-Albani rahimahullah dalam kitab Shahih Abu Dawud menyatakan bahwa sabda ini hasan shahih no. 3401.)
Al-Munawi dan Al-Alqami rahimahullah berkata, “Yaitu, orang nan menyerupai mereka dalam perihal penampilan, perilaku, langkah berpakaian, dan sebagian perbuatan mereka.”
Allah ‘Azza Wajalla mengingatkan,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan janganlah kalian seperti orang-orang nan lupa terhadap Allah, silam Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang nan fasik.” (QS. Al-Hasyr: 19)
Condong kepada orang-orang kafir termasuk perihal nan rawan bagi iktikad seorang muslim. Hal ini sebagaimana firman-Nya,
وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ
“Dan janganlah Anda condong kepada orang-orang sadis nan mengakibatkan kalian disentuh oleh api neraka.” (QS. Hud: 113)
Perayaan tahun baru masehi adalah tradisi nan tidak dikenal dalam Islam dan ini berasal dari budaya orang-orang kafir sehingga merayakannya dapat melemahkan iktikad seorang muslim dan ditakutkan termasuk ke dalam golongan mereka (orang-orang kafir) sebagaimana nan disebutkan pada dalil di atas.
Menjauhi maksiat dan kemungkaran
Perayaan tahun baru dalam praktiknya seringkali melibatkan aktivitas nan dilarang dalam Islam, seperti pesta minuman keras, pergaulan bebas, musik dan intermezo nan melalaikan, pemborosan, dan segala kemungkaran berkumpul di dalamnya. Allah Ta’ala peringatkan hamba-Nya agar menjauhi maksiat dan dosa. Ia berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلْفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۖ
“Dan janganlah Anda mendekati perbuatan keji, baik nan tampak ataupun nan tersembunyi.” (QS. Al-An’am: 151)
Kemaksiatan bakal mendatangkan kemurkaan Allah terhadap mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيْهِمْ بِالْمَعَاصِيْ ثُمَّ يَقْدِرُوْنَ عَلَى أَنْ يُغَيِّرُوا ثُمَّ لاَ يُغَيِّرُوا إِلاَّ يُوْشِكُ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ مِنْهُ بِعِقَابٍ
“Tidaklah suatu kaum, nan diperbuat kemaksiatan-kemaksiatan di antara mereka, kemudian mereka sanggup mengubah perihal itu, lantas mereka tidak mengubah perihal tersebut, selain dikhawatirkan bahwa Allah bakal menimpakan siksaan terhadap mereka semua secara umum.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan selainnya. Syekh Al-Albani rahimahullah dalam kitab Ash-Shahih menyatakan bahwa sabda ini sahih no. 1574.)
Senantiasa bermohon dan bertawakal diri kepada Allah
Selalu bermohon dan bertawakal diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar tetap diteguhkan keimanannya. Misalnya, dengan angan nan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“YA MUQALLIBAL QULUB TSABBIT QALBI ‘ALA DINIK.”
(Wahai Zat nan membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu) (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Semoga nasihat ini bisa menjadi nasihat nan berfaedah bagi seorang muslim agar menjauhkan diri dari perihal nan sia-sia, seperti ikut serta dalam memeriahkan seremoni tahun baru dan segala kemungkaran nan ada di dalamnya. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala jauhkan kita dari hal-hal nan mendatangkan kemurkaan-Nya.
***
Penulis: Chrisna Tri Hartadi, A.Md.
Artikel: KincaiMedia