Pemerintah China Gencar Dorong Para Lajang Untuk Segera Menikah Dan Melahirkan Anak, Alasannya..

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Pemerintah China sedang gencar mendorong para lajang untuk segera menikah dan melahirkan anak. Alasannya, populasi di sana mulai menua, dan nomor kelahiran menurun drastis. Jadi, demi menjaga kestabilan ekonomi dan sosial, beragam kebijakan unik mulai bermunculan.

Nah, kira-kira kebijakan seperti apa, ya, nan mereka buat? Yuk, Bunda kita bahas!

Kampanye untuk berkencan, menikah, dan melahirkan

Dilansir dari Finansial Times, Tiongkok telah meningkatkan kampanye nasional untuk meyakinkan para lajang untuk berkencan, menikah, dan mempunyai anak saat Beijing bergulat dengan krisis demografi nan semakin parah.

Menariknya ya Bunda, pemerintah wilayah di China sampai menghubungi para wanita nan sudah menikah untuk menanyakan rencana mereka untuk mempunyai anak dan memberikan duit tunai kepada para orang tua untuk mendorong mereka mempunyai lebih dari satu anak.

Sementara itu, wanita nan sudah menikah berumur 20-an dan awal tiga puluhan di seluruh negeri telah menerima telepon dari pejabat setempat nan menanyakan tentang rencana mereka untuk memulai sebuah keluarga, menurut beberapa orang nan berbincang dengan Financial Times dan memposting di media sosial.

Dalam beberapa kasus, penelepon meminta wanita untuk menghadiri pemeriksaan tubuh prenatal. Penelepon lainnya lebih langsung, menawarkan subsidi kepada wanita nan mempunyai lebih dari satu anak. Pasangan kudu mempunyai rata-rata 2,1 anak untuk mencapai tingkat penggantian populasi.

'Hari Jomblo Nasional' jadi arena cari jodoh 

Kalau di sini ada Valentine’s Day, di China ada Singles’ Day pada 11 November. Awalnya, ini hari shopping besar-besaran. Namun, sekarang pemerintah mengubah maknanya, termasuk jadi arena pertemuan para lajang. Jadi, semacam pesta cari jodoh, Bunda!

Selain itu, pemerintah sekitar juga meminta Universitas di China untuk memperkenalkan kursus cinta bagi para mahasiswa lajang. Bahkan ya Bunda, dalam beberapa bulan terakhir, People’s Daily dan Life Times nan dikelola pemerintah telah mempromosikan pendapat ilmiah nan mengatakan bahwa melahirkan baik untuk kesehatan ibu dan apalagi dapat membantu mencegah kanker dan mengobati penyakit tertentu.

Alasan pemerintah China

Ternyata, argumen utama pemerintah China membikin kampanye untuk mendorong warganya menikah dan mempunyai anak lantaran populasi Tiongkok menyusut. Di mana jumlah kematian melampaui kelahiran nan menambah tekanan pada pemerintah wilayah untuk mengatasi prospek demografi nan semakin suram.

Banyak orang di China memilih konsentrasi pada pekerjaan namalain menunda menikah lantaran merasa biaya hidup makin mahal. Hal itulah nan membikin pemerintah resah populasi mereka makin sedikit, sementara jumlah lansia terus bertambah.

“Populasi Tiongkok menghadapi tiga tren utama: Penuaan, kelahiran rendah, dan tingkat pernikahan nan rendah. Jumlah anak-anak lebih sedikit dan jumlah orang tua lebih banyak. Kecepatan dan skala penuaan di Tiongkok belum pernah terjadi sebelumnya,” kata mahir ekonomi terkemuka Ren Zeping dikutip dari Ft. 

Pro dan Kontra kebijakan pemerintah China

Kebijakan pemerintah China untuk mendorong warganya menikah dan mempunyai anak memicu beragam tanggapan. Bahkan seorang masyarakat Zhejiang, Cina menolak penawaran subsidi sebesar Rmb100.000 (US$14.000) dari para pejabat menawarkan kepada para wanita setempat untuk mempunyai anak kedua. 

“Tidak ada kebijakan nan jelas, tetapi jika Anda memintanya, desa bakal mencarikan langkah untuk mendapatkan subsidi. Saat ini, subsidi untuk anak-anak ditentukan oleh pemerintah wilayah tergantung pada kesehatan finansial mereka,” katanya dikutip dari Skynews.

Kebijakan ini merupakan langkah ambisius pemerintah China untuk menjaga stabilitas demografis dan ekonomi. Langkah ini dinilai mengundang kritik mengenai dampaknya terhadap kebebasan perseorangan dan efektivitasnya.

Di beberapa kasus, wanita seringkali merasa terbebani lantaran ekspektasi sosial untuk segera menikah dan mempunyai anak. Ini dapat memperkuat stereotip kelamin dan menghalang kemajuan kesetaraan. 

Para mahir skeptis menilai bahwa langkah-langkah resmi untuk meningkatkan nomor kelahiran bakal membujuk kaum muda untuk memulai keluarga, terutama lantaran meningkatnya pengangguran dan pertumbuhan ekonomi nan lesu telah mengendalikan pengeluaran.

Seorang mahir demografi Tiongkok di University of California, Irvine, Wang Feng, mengatakan para pejabat menggunakan kitab pedoman nan sama tentang penggunaan kekuatan administratif untuk mencapai tujuan demografi nan terbukti selama era kebijakan satu anak, 35 tahun sejak 1980 ketika family dibatasi untuk mempunyai satu anak.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027