ARTICLE AD BOX
Al-Kindi (ilustrasi).
KincaiMedia, JAKARTA — Bagi pengkaji falsafah dalam peradaban Islam, pasti bakal menemukan al Kindi dalam daftar nan pertama. Dia dinobatkan sebagai generasi awal nan mentransmisikan istilah filosofis Yunani ke dalam peradaban Islam. Kemudian memberikan makna nan unik sesuai dengan kearifan Islam.
Jika membuka The History of Muslim Philosophy karya MM Sharif, maka bakal menemukan beberapa kisah tentang al Kindi nan luar biasa.
Pertama adalah kisah khalifah al Makmun si penguasa Abbasiyah. Suatu ketika dia bermimpi berjumpa dengan Aristoteles. Dalam mimpi itu, al Makmun bertanya mengenai sejumlah hal. Salah satunya adalah tentang nasihat ‘emas’ (kebijaksanaan) Siapapun nan memberikan nasihat tentang perihal itu, maka dengarkanlah. Namun, nan paling utama adalah tenang keesaan Tuhan.
Mimpi itu kemudian menginspirasi pembangunan Baitul Hikmah. Salah seorang ustadz nan terlibat di dalamnya adalah al Kindi.
Kisah kedua, suatu ketika ada laki-laki nan terlihat lemas tak mau makan apapun. Orang itu sudah diberi obat dan dibawa ke beberapa tabib, tapi tak juga mengalami perubahan. Kemudian ada nan menyarankan orang itu untuk dibawa ke al Kindi. Ketika sampai di hadapan al Kindi, orang tua itu dilihat penampilannya.
Al Kindi tidak memandang orang tersebut sebagai penderita sakit. Dia kemudian mengambil perangkat musik dan memainkannya. Sedikit demi sedikit, alunan nada musik nan dimainkan al Kindi diserap tubuh orang tersebut. Kemudian jemarinya mulai bergerak. Raut wajahnya berubah, hingga akhirnya menjadi ceria. Orang nan tadinya mengalami demotivasi, oleh al Kindi, ‘disembuhkan’ dengan alunan nada-nada nan bagus didengar. Orang itu kembali ke rumah dan hidup dengan sehat.