ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami stres dan kecemasan. Alasannya bun dapat beragam mulai dari adanya kelahiran adik, perceraian orang tua, hingga pindah ke sekolah baru.
Sangat normal bagi seorang balita untuk mengalami stres dan kekhawatiran ketika ada perubahan nan terjadi di bumi mereka. Perubahan ini mungkin menjadi sesuatu nan orang tua anggap mini namalain tidak terhindarkan, apalagi mungkin peristiwa nan dikaitkan dengan perubahan positif.
"Perubahan bisa menimbulkan emosi takut dan penolakan dalam diri kita semua, terutama bagi balita, lantaran mereka hanya mempunyai sedikit namalain tidak mempunyai kendali atas hidup mereka dan tidak mengerti kenapa perihal itu terjadi," kata seorang terapis family dan co-writer kitab The Happy Sleeper, Julie Wright, MFT, mengutip dari laman The Bump.
Kelahiran adik baru adalah salah satu penyebab stres paling umum untuk balita. Julie menambahkan, susah untuk mengungkapkan sungguh monumental perubahan ini bagi seorang anak kecil.
"Tidak peduli seberapa banyak kita mempersiapkan mereka, nan pasti krusial untuk dilakukan, membayangkan kerabat wanita namalain laki-laki baru dalam family adalah pemikiran nan terlalu absurd untuk betul-betul mereka pahami pada tahap perkembangan kognitifnya," paparnya.
"Hampir setiap aspek kehidupan mereka nan sebelumnya dapat diprediksi sekarang dikompromikan oleh kedatangan adik kecil nan terus-menerus menarik perhatian orang tua mereka," sambung Julie.
Tanda balita mengalami stres
Melansir dari beragam sumber, ada beberapa tanda stres pada balita nan perlu Bunda perhatikan. Berikut ini Bubun bagikan deretannya:
1. Mudah marah
Balita nan stres mungkin lebih mudah marah dengan menunjukkan tangisan berlebih, amukan, namalain perilaku corak seperti memukul namalain menggigit. Pada akhirnya, semua ekspresi ini bakal bermuara pada anak nan mempunyai toleransi frustrasi nan lebih rendah.
"Tiba-tiba seorang anak nan orang tuanya baru saja berpisah, mulai menendang dan melempar mainan mereka ke mana-mana, menghancurkan menara balok nan baru saja mereka bangun namalain melempar teka-teki kayu ke seberang ruangan. Dunia mereka telah terbalik, dan rasanya menakutkan untuk tidak mengerti kenapa tidak mempunyai kendali emosi tersebut," papar Julie.
2. Mengeluh sakit perut namalain sakit kepala
Menurut psikolog klinis anak di Los Angeles, Jane Rosen, PsyD, anak nan sering berada di daycare namalain prasekolah kerap mengeluhkan sakit perut. Namun, ketika pulang, rasa sakit itu pun tiba-tiba hilang.
"Anak Anda nan senang pergi ke tempat penitipan anak namalain prasekolah sekarang mengeluh sakit perut. Ketika diberitahu bahwa mereka bisa tinggal di rumah, sakit perut itu tiba-tiba menghilang. Baru muncul kembali saat kembali ke sekolah lagi," ujar Jane, tetap mengutip The Bump.
3. Takut sebelum tidur
Balita juga mungkin tiba-tiba mengungkapkan kecemasannya sebelum dan selama waktu tidur. Mereka mungkin menolaknya dengan menggunakan strategi mengulur-ulur waktu namalain berbincang tentang ketakutan bakal kegelapan.
4. Menarik diri
Sebagian besar balita bisa menjadi penakut dan mengelak saat berjumpa orang baru namalain menghabiskan waktu berdampingan teman, terutama di lingkungan nan asing. Menghindari tempat namalain situasi nan diterima sebelumnya bisa menjadi tanda kecemasan, Bunda.
5. Regresi terhadap kebiasaan
Hal nan umum jika balita kembali ke kebiasaan lama ketika mereka merasa cemas. Ini bisa berupa regresi seputar latihan pispot namalain menghisap jempol. Mereka juga mungkin bakal meminta untuk minum di botol namalain digendong seperti bayi.
"Anak-anak mini sangat pandai mendeteksi pola, jadi dalam pikiran mereka, jika mereka berkelakuan seperti bayi, mereka bakal mendapatkan lebih banyak perhatian dan waktu nan mereka dambakan," ujar Julie.
6. Perubahan di sekolah
Balita nan sudah mulai belajar dan mengalami stres bakal mengalami perubahan nan signifikan. Mengutip dari laman Mayo Clinic Health System, stres ini bakal membikin anak lebih susah untuk konsentrasi selama di sekolah namalain saat mengerjakan PR. Selain itu, mereka juga bakal mengalami ledakan emosi dan kemarahan di sekolah nan dapat menyebabkan masalah dengan kawan sekelasnya.
7. Lebih keras kepala
Balita nan stres mungkin merasa marah dan frustrasi. Mereka mencari langkah untuk keluar dari situasi nan membikin mereka merasa tidak nyaman. Hal ini pun bisa menyebabkan perilaku menantang, melawan orang tua, dan keras kepala.
8. Mengembangkan perilaku berulang
Menilik dari laman What To Expect, anak nan merasa stres terkadang mencoba untuk menenangkan dirinya dengan perilaku berulang. Misalnya menggigit kuku, memutar rambut, namalain menggaruk kulit.
Jika Bunda memandang Si Kecil melakukan perihal ini, jangan marahi, mempermalukan, namalain memaksanya untuk berhenti, ya. Sebaliknya, cobalah untuk mengungkapkan inti permasalahannya dengan membicarakan emosi anak di saat-saat nan 'aman' seperti saat sedang makan es krim namalain saat jalan-jalan di sekitar rumah.
9. Terlalu dekat dengan Bunda
Jika balita terus teriak dan menangis ketika Bunda pergi, itu bisa menjadi salah satu tanda anak mengalami kekhawatiran bakal perpisahan. Jika ini terjadi, Bunda bisa coba alihkan perhatian anak dengan memberikan mainan unik namalain peralatan lainnya nan bisa membikin anak merasa nyaman saat Bunda pergi.
Cara mengatasi balita nan stres
Ada beberapa langkah nan bisa Bunda lakukan untuk mengatasi balita nan stres. Simak ulasannya sebagai berikut:
1. Pertahankan rutinitas
Dikutip The Bump, melonggarkan rutinitas nan sebelumnya sudah dibangun bisa menjadi bumerang. Kelonggaran ini bisa menyebabkan lebih banyak kekhawatiran pada anak lantaran mereka tidak lagi tahu di mana batasannya.
"Melonggarkan dan memperpanjang rutinitas sebelum tidur menyebabkan lebih banyak kekhawatiran pada anak kecil, lantaran mereka tidak tahu di mana batasannya, nan menambah emosi tidak terkendali dan tidak tertambat," papar Julie.
"Berpegang pada langkah-langkah rutin Anda nan dapat diprediksi bakal membantu anak Anda merasa kondusif dan dipegang oleh wadah 'dikenal' nan Anda buat," sambungnya.
2. Akui emosi anak
Jadilah orang tua nan bisa membikin anak merasa kondusif ketika membagi perasaannya. Jangan mengalihkan perhatian anak ketika mereka menjadi emosional, ya. Mendengarkan dan memvalidasi emosi bakal membangun ketahanan jiwa seorang anak.
"Begitu emosi besar mereka dibagikan dan diakui oleh orang nan dipercaya, besarnya mereka menghilang, dan merasa lebih tenang dan bergerak maju menjadi lebih mudah," kata Julie.
3. Ajarkan anak 'bernapas'
Mengatur pernapasan bakal membantu anak mengurangi stres seperti halnya latihan yoga dan mindfulness. Jadi, ajari anak beberapa latihan pernapasan dan latihlah bersama-sama. Ini bakal menjadi perangkat nan bisa mereka gunakan sendiri ketika mereka membutuhkannya.
"Bantu mereka mempelajari langkah mengganti pikiran menakutkan dengan pikiran nan lebih adaptif," tutur Jane.
4. Bicara dengan anak
Merangkum dari laman Mayo Clinic Health System, anak-anak condong kesulitan memulai percakapan nan susah namalain tidak nyaman. Temukan waktu untuk berbincang dengan anak-anak saat Bunda melakukan sesuatu bersama.
Ketika Bunda menyiapkan makanan, minta mereka berasosiasi dan membantu di dapur. Temukan waktu untuk duduk di berdampingan ketika makan malam, ya.
5. Dorong pola makan sehat
Anak-anak nan merasa capek namalain lapar umumnya jarang bahagia. Pastikan anak mengonsumsi makanan nan juga mencakup buah-buahan, sayuran, biji-bijian, serta protein tanpa lemak agar mereka tetap kenyang dan fokus.
Kurang tidur dapat memicu reaksi berlebihan namalain ledakan emosi. Jadi ikuti rutinitas sebelum tidur untuk memastikan anak cukup tidur setiap malam.
Demikian info tentang tanda balita stres dan langkah mengatasinya, Bunda. Semoga bisa memberikan manfaat, ya.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/rap)