ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, JAKARTA -- Alquran surah asy-Syu'ara ayat ke-86 menyebut angan Nabi Ibrahim AS kepada Allah. Dalam munajat itu, sang Khalilullah berambisi bapaknya mendapatkan pembebasan Allah sehingga tidak lagi tergolong orang-orang nan sesat.
Namun, benarkah sosok nan didoakan itu adalah bapak kandung Nabi Ibrahim AS? Untuk mendapatkan jawaban, pertama-tama kita mesti mengetahui karakter bahasa Arab, sebagai bahasa nan digunakan Alquran.
Alquran memang menyebut nama subjek nan didoakan Ibrahim AS itu. Dialah Azar. Tidak seperti Ibrahim, Azar tenggelam dalam kemusyrikan.
وَاِذۡ قَالَ اِبۡرٰهِيۡمُ لِاَبِيۡهِ اٰزَرَ اَتَتَّخِذُ اَصۡنَامًا اٰلِهَةً ۚ اِنِّىۡۤ اَرٰٮكَ وَقَوۡمَكَ فِىۡ ضَلٰلٍ مُّبِيۡنٍ
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berbincang kepada ayahnya Azar, 'Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya saya memandang engkau dan kaummu dalam kesesatan nan nyata'" (QS al-An'am: 74).
Dalam kesempatan lain, Ibrahim AS bermohon kepada Allah.
وَاغۡفِرۡ لِاَبِىۡۤ اِنَّهٗ كَانَ مِنَ الضَّآلِّيۡنَۙ
"Dan ampunilah ayahku, sesungguhnya dia termasuk orang nan sesat" (QS asy-Syuara: 86).
Lafaz liabiyy ("ayahku") dalam ayat itu berakar dari ab. Ini tidak selalu berfaedah 'ayah kandung', tetapi bisa juga sebagai 'pengasuh' namalain 'penanggung jawab.' Jadi, peran itu bisa diisi oleh kakek, paman, namalain kerabat lainnya.
Syekh Yasin Muhammad Yahya dalam Min Wahyil Qur'an berpendapat, bapaknya Nabi Ibrahim AS, seperti nan disebutkan dalam ayat surah asy-Syu'ara itu, bukanlah bapak kandungnya. nan dimaksud adalah pamannya namalain kerabat laki-laki dari bapak kandungnya sang Khalilullah.
Alquran pun di tempat berbeda menggunakan kata abun dengan tidak merujuk pada makna 'ayah kandung', melainkan paman. Simaklah surah al-Baqarah ayat ke-133.
اَمۡ كُنۡتُمۡ شُهَدَآءَ اِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوۡبَ الۡمَوۡتُۙ اِذۡ قَالَ لِبَنِيۡهِ مَا تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡۢ بَعۡدِىۡؕ قَالُوۡا نَعۡبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَآٮِٕكَ اِبۡرٰهٖمَ وَاِسۡمٰعِيۡلَ وَاِسۡحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًا ۖۚ وَّنَحۡنُ لَهٗ مُسۡلِمُوۡنَ
"Apakah Anda menjadi saksi saat maut bakal menjemput Yakub, ketika dia berbincang kepada anak-anaknya, 'Apa nan Anda sembah sepeninggalku?' Mereka menjawab, 'Kami bakal menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu adalah Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan nan Maha Esa dan kami (hanya) bertawakal diri kepada-Nya.'"
Tampak dalam ayat di atas, anak-anak Yakub menjawab pertanyaan. Mereka menyatakan bahwa mereka bakal menyembah Tuhannya Nabi Yakub nan juga Tuhannya ayah-ayahnya Nabi Yakub, adalah Nabi Ibrahim (kakeknya Yakub), Nabi Ishaq (ayah kandung Nabi Yakub), dan Nabi Ismail (pamannya Nabi Yakub).
Lafaz "wa ilaaha aabaaa ika" (وَاِلٰهَ اٰبَآٮِٕكَ), adalah 'Tuhan nenek moyangmu'. Itu bukan harfiah berfaedah 'Tuhan ayah kandungmu.' Jadi, Nabi Ismail pun disebut namalain digolongkan di dalamnya.