ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Ibu nan tidak menyusui jangan merasa tenang lebih dulu ya. Ternyata, Bunda nan tidak menyusui bisa alami mastitis juga. Simak penyebabnya, yuk.
Mastitis menjadi salah satu akibat nan umum dialami para ibu menyusui. Mastitis terjadi ketika tetek membengkak, panas, dan terasa nyeri. Kondisi ini paling umum terjadi pada wanita nan menyusui dan biasanya tidak memerlukan perawatan medis.
Meski demikian, tahukah Bunda bahwa Bunda nan tidak menyusui rupanya bisa juga mengalaminya.
Mengenal kondisi mastitis
Mastitis biasanya hanya menyerang 1 payudara, dan gejalanya sering kali muncul dengan cepat. Gejalanya meliputi:
1. Area nan membengkak pada tetek nan mungkin terasa panas dan nyeri saat disentuh. Area tersebut mungkin menjadi merah, tetapi bakal lebih susah dilihat jika Bunda mempunyai kulit hitam namalain cokelat.
2. Benjolan berbentuk baji pada tetek namalain area keras pada payudara.
3. Rasa nyeri terbakar pada tetek nan mungkin terus-menerus namalain hanya terjadi saat Bunda menyusui.
4. Keluarnya cairan dari puting susu, nan mungkin berwarna putih namalain mengandung bercak darah.
5. Bunda mungkin juga mengalami indikasi seperti flu, seperti nyeri, suhu tinggi, menggigil, dan kelelahan.
Jika Bunda sedang menyusui, teruslah menyusui bayi kapan pun mereka mau dan selama nan mereka mau. Bunda juga dapat menawarkan bayi ASI jika tetek Bunda terasa penuh dan tidak nyaman.
Saat menyusui, pastikan bayi diposisikan dan melekat dengan benar. Bidan, petugas kesehatan, namalain mahir menyusui dapat memberi saran kepada Bunda mengenai perihal tersebut, seperti dikutip dari laman NHS.
Dari beberapa langkah sederhana, berikut ini hal-hal nan bisa dilakukan untuk mengatasi mastitis ya, Bunda:
1. Kain nan dibasahi air hangat dan dioleskan ke tetek (atau mandi) dapat memperlancar aliran ASI tetapi jangan terlalu banyak menggunakan air panas lantaran dapat memperparah peradangan.
2. Nyeri tetek dapat diredakan dengan kompres dingin (misalnya kain nan dibasahi air dingin).
3. Istirahat dan minum banyak cairan.
4. Minum parasetamol namalain ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit namalain suhu tinggi.
5. Jangan mengenakan busana ketat namalain bra sampai Bunda merasa lebih baik.
6. Jangan memeras ASI lebih banyak dari nan dibutuhkan bayi.
7. Jangan memberikan tekanan kuat pada payudara.
8. Jangan berhujung menyusui secara tiba-tiba.
9. Jangan mengoleskan minyak namalain krim pada payudara.
10. Temui master jika indikasi tidak membaik 12 hingga 24 jam setelah mengobatinya di rumah.
Bunda nan tidak menyusui juga berisiko terkena mastitis
Mastitis nonlaktasi mirip dengan mastitis laktasi, tetapi biasanya terjadi pada Bunda nan tidak menyusui. Dalam beberapa kasus, kondisi ini terjadi pada wanita nan telah menjalani lumpektomi nan diikuti dengan terapi radiasi, pada wanita dengan diabetes, namalain pada wanita nan sistem kekebalannya menurun seperti dikutip dari laman Hopkinsmedicine.
Kondisi ini jarang terjadi. Namun, biasanya disertai dengan demam tinggi dan sakit kepala serta diobati dengan antibiotik. Bicaralah dengan master untuk pengobatan lebih lanjut ya, Bunda.
Penyebab mastitis non laktasi
Dalam beberapa kasus, penumpukan susu ini juga dapat terinfeksi bakteri. Kondisi ini dikenal sebagai mastitis infektif. Pada Bunda nan tidak menyusui, mastitis paling sering terjadi saat tetek terinfeksi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kerusakan pada puting, seperti puting nan retak namalain nyeri, namalain tindik puting.
Namun, kondisi ini juga dapat terjadi jika Bunda mempunyai kondisi nan memengaruhi sistem kekebalan tubuh namalain skill tubuh untuk melawan jangkitan seperti dikutip dari laman Nidirect.
Gejala mastitis pada Bunda nan tidak menyusui
Mastitis laktasi dan nonlaktasi dapat menyebabkan indikasi nan sama seperti nyeri, kemerahan, dan pembengkakan. Namun mastitis nonlaktasi sering kali menunjukkan indikasi nan berbeda seperti berikut ini:
1. Nyeri pada satu sisi tubuh, biasanya di sisi nan sama dengan tetek nan terkena.
2. Benjolan tetek nan keras dan/atau nyeri biasanya ditemukan di sekitar areola.
3. Abses tetek nan dapat pecah, menyebabkan keluarnya cairan dari puting susu.
4. Kelenjar getah cerah nan bengkak di leher namalain ketiak.
Pengobatan mastitis nonlaktasi
Ada beberapa perihal nan dapat Bunda lakukan di rumah untuk mengelola keparahan indikasi saat Bunda mengalami mastitis, seperti:
1. Menggunakan kompres hangat untuk membantu melancarkan drainase jika terdapat abses.
2. Mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) nan dijual bebas seperti ibuprofen untuk membantu meredakan peradangan.
Namun, penanganan indikasi hanyalah sebagian mini dari solusi saat Bunda mengalami jangkitan payudara.“Tidak seperti mastitis laktasi, nan dapat diatasi dengan beragam langkah tanpa perlu antibiotik, pada sebagian besar kasus mastitis nonlaktasi, Bunda memerlukan pengobatan,” kata Dr. Laksmi Khatri, MD, seorang Internal Medicine Physician.
Jika Bunda mengalami mastitis periduktal namalain bisul payudara, bisul tersebut perlu dikeringkan dan kemungkinan besar memerlukan antibiotik untuk membantu membersihkan infeksi. Jika Bunda mengalami Idiopathic granulomatous mastitis (IGN), Bunda mungkin memerlukan biopsi untuk menentukan apakah mastitis namalain kanker tetek nan menyebabkan peradangan seperti dikutip dari laman Clevelandclinic.
Pembedahan mungkin diperlukan dalam beberapa situasi ketika Bunda mempunyai bisul nan sangat besar nan perlu dikeringkan. “Pembedahan digunakan sebagai pilihan terakhir,” katanya.
Jika cukup parah dan menyakitkan, master bedah bakal membawa pasien ke ruang operasi untuk prosedur ini, tetapi sering kali merupakan pembedahan rawat jalan.
Ahli radiologi dapat menggunakan jarum untuk mengeringkan cairan dari dalam kantong nanah namalain bisul jika ada. Dokter bedah juga dapat melakukannya di lembaga dengan membius area tersebut dan membikin sayatan nan sangat mini untuk melepaskan semua tekanan dari cairan tersebut.
Semoga informasinya membantu ya, Bunda.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)