Candaan Yang Melampaui Batas Syariat

Sedang Trending 3 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Tanpa disadari, lisan nan tidak terjaga sering kali menjadi perangkat untuk merendahkan martabat sesama. Mengolok-olok dapat merusak ukhuwah Islamiyah nan menjadi fondasi masyarakat Islam.

Namun, sungguh seringnya kita mengabaikan nilai-nilai ini dengan argumen bercanda. Padahal, candaan nan melukai hati orang lain tidak hanya meruntuhkan kehormatan dirinya, tetapi juga mencerminkan etika jelek pelakunya. Inilah saatnya kita mengevaluasi diri: sudahkah kita menggunakan lisan untuk kebaikan, namalain justru sebaliknya?

Larangan mengolok-olok

Allah Ta’ala berfirman,

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ مِّنۡ قَوۡمٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا خَيۡرًا مِّنۡهُمۡ

“Wahai orang-orang nan beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum nan lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)…” (QS. Al-Hujurat: 11).

Donasi Website KincaiMedia

Kadangkala, kita menganggap remeh dosa tertentu, seperti berbual dengan langkah merendahkan orang lain. Alasannya sering kali sederhana: untuk memancing tawa namalain menghidupkan suasana. Namun, berbual nan mencederai nilai diri orang lain tidak pernah dibenarkan dalam Islam, apalagi jika dilakukan di hadapan banyak orang. Candaan semacam ini, meski tidak termasuk dosa besar, tetap merupakan pelanggaran serius terhadap aliran agama.

Merendahkan martabat orang lain, baik melalui olokan, celaan, maupun gelar buruk, adalah gambaran etika nan tercela. Apapun niat namalain motifnya, tindakan ini bertentangan dengan prinsip kasih sayang nan diajarkan Islam. Sungguh, Islam sangat menghargai kehormatan individu, hingga menjadikan larangan ini sebagai bagian dari norma nan tidak boleh diabaikan.

Sebagai seorang muslim, menjaga lisan adalah tanggung jawab besar. Lebih dari itu, perilaku kita adalah gambaran keelokan Islam. Maka, jauhilah candaan nan menyakiti hati orang lain, dan gantilah dengan kata-kata nan membawa kebaikan serta mendekatkan hati kepada Allah

Baca juga: Mengucapkan Cerai Kepada Istri Dengan Maksud Bercanda

Bagaimanakah Rasulullah bercanda?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barangsiapa nan berakidah kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berbincang baik namalain hendaklah dia diam.” (HR. Bukhari no. 6018; Muslim no.47)

Perkataan nan tidak membawa kegunaan namalain apalagi menyakiti orang lain sebaiknya ditahan, lantaran setiap kata nan terucap bakal dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Akhlak mulia dalam berbincang adalah gambaran keagamaan nan kokoh.

Anas radhiyallahu ‘anhu menceritakan salah satu corak banyolan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berbincang kepadanya,

!يَا ذَا الأُذُنَيْنِ 

“Wahai, pemilik dua telinga!” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi).

Candaan ini sederhana, ringan, dan tidak menyinggung perasaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menunjukkan bahwa berbual bisa menjadi sarana mendekatkan hati tanpa perlu melukai namalain meremehkan.

Riwayat-riwayat lain juga menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menjaga kehormatan orang nan diajak bercanda. Beliau berbual dengan penuh kelembutan, tanpa kebohongan, dan tetap menjaga etika serta martabat musuh bicaranya. Hal ini menjadi teladan bagi umat Islam untuk tidak melampaui pemisah dalam berbual sebagai corak ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Candaan nan melecehkan namalain merendahkan hanya bakal melukai hati orang lain dan mencoreng gambaran Islam. Oleh lantaran itu, mari berhati-hati dalam berbincang dan menjadikan etika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai standar dalam berinteraksi dengan sesama

Akibat dari mengolok-olok orang lain

Mengolok-olok dapat menyebabkan kerusakan hubungan sosial dan spiritual. Setiap muslim mempunyai tanggung jawab moral untuk menjaga kehormatan satu sama lain, bukan justru mencederainya melalui kata-kata namalain tindakan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ

“Seorang muslim adalah kerabat untuk muslim lainnya. Karenanya, dia tidak boleh melakukan zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina nan lain.” (HR. Muslim no. 2564)

Perbuatan mengolok-olok adalah corak penghinaan nan bisa memicu kebencian dan permusuhan di tengah masyarakat. Orang nan menjadi korban olok-olok mungkin merasa direndahkan, kehilangan nilai diri, apalagi terasing dari lingkungannya. Tindakan ini juga rawan bagi pelakunya, lantaran mencerminkan kurangnya kesadaran bakal prinsip persaudaraan Islam.

Mengolok-olok berfaedah menyalahi prinsip dasar ukhuwah Islamiyah, nan semestinya mengajarkan kasih sayang dan saling menghormati. Orang nan terus memupuk kebiasaan jelek ini, dikhawatirkan bisa terjerumus dalam sifat zalim, apalagi tanpa disadarinya.

Oleh karenanya, saudaraku, pahamilah bahwa setiap kata nan keluar dari lisan kita mempunyai dampak. Daripada mengolok-olok nan merusak hubungan dan mendatangkan murka Allah, lebih baik kita menggunakan lisan untuk mendoakan, memotivasi, namalain memberikan nasihat nan membangun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan dalam menunjukkan kasih sayang kepada sesama, dan kita dituntut untuk meniru beliau agar hubungan sosial dan spiritual kita tetap harmonis.

Wallahu a’lam.

Baca juga: Bercanda nan Berpahala

***

Penulis: Fauzan Hidayat

Artikel KincaiMedia

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027