ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Perempuan asal Rusia berjulukan Ekaterina nan awalnya mengaku mengalami indikasi flu biasa, sangat terkejut setelah master menemukan peralatan asing nan di paru-parunya.
Ekaterina mengalami demam disertai menggigil dan hidung berair, tetapi kondisinya semakin memburuk. Ia pun resah penyakit nan diduga flu itu telah berkembang menjadi pneumonia.
Hal ini membuatnya langsung pergi ke rumah sakit. Sesampainya di ruang darurat darurat, master menyarankan Ekaterina melakukan pemeriksaan rontgen nan mengungkap penemuan mengejutkan.
Penemuan itu membikin para mahir medis resah bakal keselamatannya. Setelah meninjau hasil rontgen, para master memperingatkan Ekaterina tentang situasi nan menakut-nakuti jiwa disebabkan oleh pegas di paru-parunya.
“Mereka bilang saya bisa meninggal kapan saja,” ungkap Ekaterina, dikutip dari laman New York Post, Rabu (8/1/2025).
“Ternyata dalam gambar tersebut, master memandang semacam pegas logam berukuran 5 kali 16 milimeter, nan berada di dalam paru-paru,” ucapnya.
Ditemukan perangkat bedah di paru-paru
Petugas medis menduga salah satu peralatan bedah dari operasi sebelumnya telah beranjak melalui aliran darah dan bersarang di paru-parunya.
“Setelah semua pemeriksaan, mereka mengatakan bahwa ada pegas nan bergerak di tubuh saya akibat operasi sebelumnya. Melalui aliran darah yang, tampaknya, saya apalagi tidak merasakannya,” ungkapnya.
Asa muasal pegas logam ini berasal dari masalah kesehatan sebelumnya. Pada usia 27 tahun, Ekaterina didiagnosis menderita tromboemboli, suatu kondisi di mana gumpalan darah terbentuk di vena dalam dan dapat mengalir ke paru-paru melalui aliran darah.
Selama waktu itu, dia menjalani operasi untuk memasukkan 33 tabung mini di kakinya. Ia juga menjalani 20 operasi dalam satu tahun untuk mengatasi kondisinya itu.
“Secara ajaib, saya sukses selamat,” ujar Ekaterina, nan menjalani 20 operasi dalam satu tahun.
Dokter mengatakan dia bisa meninggal kapan saja lantaran posisi peralatan tersebut sangat rawan di paru-parunya. Untungnya, Ekaterina sukses melewati musibah nan mengerikan itu.
“Setelah mendengar (pecahan) itu bergerak, saya kudu mengendalikan pikiran dan emosi saya. Hanya berfokus pada optimisme, bukan ketakutan namalain keputusasaan,” ujar Ekaterina.
Ia menambahkan, “Siapa pun bisa meninggal kapan saja. Tidak ada nan tahu apa nan bakal terjadi pada mereka besok.”
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!
(asa/som)