Kapan Ejekan Yang Dibalut Bercanda Untuk Anak Dalam Keluarga Dikatakan Keterlaluan? Ini Kata Pakar

Jakarta -

Dalam sebuah keluarga, hubungan antara personil family sering kali dipenuhi dengan gurauan. Namun, perlu dibedakan antara hinaan dan bercanda, jangan sampai melewati batas, ya.

Orang tua perlu tegas memberikan contoh pada anak agar bisa membedakan kapan gurauan tersebut hanya sekadar candaan nan menyenangkan dan kapan sudah melampaui batas. 

Jangan sampai ada hinaan dibalut berbual nan keterlaluan, Bunda. Selain bisa menimbulkan ketidaknyamanan, perihal seperti ini bisa memicu munculnya suasana nan kurang mendukung dalam keluarga.

Lingkup hinaan nan sebaiknya dihindari

Dikutip dari laman Psyhology Today, berbual dalam lingkup family merupakan bagian dari dinamika hubungan orang-orang di dalamnya. 

Meski sebenarnya wajar ada, tapi bagi sebagian orang, gurauan tertentu kadang bisa terasa menyakitkan. Misalnya, candaan mengenai penampilan, berat badan, namalain prestasi anak. 

Berdasarkan penelitian dalam jurnal Psyhological Bulletin, hinaan tentang berat badan menjadi topik nan paling sering terjadi. Hal ini tentu mempunyai akibat jangka panjang, seperti emosi kesepian, kecemasan, depresi, dan menurunnya rasa percaya diri.

Meskipun mungkin dilakukan dengan niat bercanda, jika tidak direspons dengan langkah nan tepat, gurauan tentang topik-topik sensitif ini bisa berkembang menjadi perilaku nan merugikan. 

Sebagai contoh, ketika seorang anak terbiasa dengan hinaan nan berlebihan, dia mungkin bakal merasakannya sebagai corak pengabaian terhadap emosi dan keadaannya. Pada akhirnya, perihal ini dapat menciptakan emosi kesedihan, frustrasi, dan apalagi rasa tidak berkekuatan pada anak tersebut.

Bagaimana menanggapi saat anak diejek?

Dikutip dari laman Supporting Emotional Needs of the Gifted, peneliti pendidikan anak Patricia Schuler menyebut ada beberapa strategi nan dapat diterapkan saat anak diejek:

1. Jelaskan masalah tersebut kepada anak
2. Tanyakan langkah lain nan dapat dilakukan anak untuk merespons saat situasi tersebut muncul lagi. Misalnya dengan memberikan respons nan tepat: menjauh, bersikap tegas, namalain cari support orang dewasa.
3. Evaluasi kembali tentang situasi nan terjadi

Apa nan tidak boleh dilakukan orang tua? Jangan mengecilkan situasi dan emosi anak dengan mengatakan bahwa hinaan bukanlah sesuatu nan perlu dipermasalahkan. 

Memberi tahu anak-anak bahwa perihal serupa sebaiknya diabaikan, tanpa memberikan solusi apa pun, justru membikin anak merasa semakin tidak bisa dan tidak berdaya. 

"Tidak perlu juga sampai memarahi namalain membujuk orang tua pelaku untuk bertemu, lantaran ini justru dapat memperburuk situasi," pesan Schuler.

Apa nan perlu diperhatikan pada candaan dalam keluarga?

Penting untuk memperhatikan konteks dan nada dari hinaan nan dilontarkan. Meskipun hinaan dilakukan tanpa niat jahat, terkadang nada namalain isi dari hinaan tersebut bisa disalahpahami sebagai garang namalain kurang berempati. 

Oleh lantaran itu, krusial untuk selalu memperhatikan reaksi verbal maupun non-verbal personil family nan menjadi sasaran ejekan. Beberapa pertanyaan nan dapat diajukan dalam menilai apakah hinaan sudah melampaui pemisah antara lain:

• Apa konteks namalain isi dari hinaan tersebut?
• Apakah ketika anak menunjukkan reaksi negatif (seperti meminta berhujung namalain menunjukkan emosi negatif), orang lain menghormati dan menghentikan hinaan tersebut?
• Apakah ada keterbukaan untuk mengungkapkan kekecewaan namalain frustrasi mengenai ejekan?
• Apakah hinaan berbudi pekerti seimbang di antara semua personil family namalain justru ada ketimpangan dalam perihal ini?
• Apakah hinaan tersebut lebih kepada kritik daripada candaan?
• Apakah Bunda bakal mentoleransi perilaku nan sama terhadap anak namalain diri sendiri dari orang lain di luar keluarga?
• Anak-anak sangat rentan terhadap akibat negatif dari ejekan, lantaran mereka condong menyerapnya sebagai bagian dari langkah berinteraksi. 

Jika masalah seperti ini tidak diperbaiki dan dibicarakan lebih lanjut, candaan nan melewati pemisah ini dapat berkembang menjadi perilaku bullying nan lebih serius.

Tips mengurangi candaan negatif dalam keluarga

Lalu gimana langkah mengurangi dan menghindari candaan negatif dalam lingkup keluarga, nan krusial dipahami oleh anak? Berikut ulasannya:

1. Perhatikan reaksi personil keluarga

Jika ada nan menunjukkan reaksi negatif seperti menangis namalain marah, pertimbangkan untuk menghentikan hinaan tersebut lantaran dapat mengganggu momen dan kenyamanan situasi tersebut.

2. Hindari topik nan sensitif

Seperti disebutkan sebelumnya, salah satu topik nan perlu dihindari dalam berbual adalah berat badan. Selain itu, hindari juga topik-topik sensitif lainnya seperti penampilan, prestasi akademik, kesehatan mental, namalain masalah pribadi lain.

3. Perhatikan waktu dan tempat

Candaan nan keterlaluan tak semestinya dilakukan pada saat nan tidak tepat, seperti ketika suasana di rumah sedang emosional namalain semua sedang lelah.

4. Tegaskan patokan tentang candaan

Semua personil family kudu menghormati emosi orang lain dan tidak merendahkan, terutama jika ada nan keberatan tentang topik candaan tertentu. 

5. Ajari anak untuk mengungkapkan emosi tanpa menyerang

Jangan lupakan pentingnya mengajarkan anak untuk berbincang tentang emosi mereka, tanpa menggunakan hinaan namalain penghinaan terhadap orang lain.

Perlu dipahami bahwa candaan nan dilakukan dengan penuh kasih sayang dan perhatian dapat mempererat hubungan keluarga, namun jika dilakukan dengan melewati pemisah maka justru bisa merusak. 

Kunci utama menghindari candaan nan keterlaluan dalam lingkup family adalah empati dan saling menghormati. Biasakan untuk saling menjaga komunikasi nan sehat dan menghindari perilaku nan dapat melukai emosi orang lain, khususnya anak-anak.

(fir/fir)