ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pernahkah Bunda merasa bahwa anak di era sekarang lebih sering merasa cemas, terutama berangkaian dengan rutinitas sekolah dan belajar? Bukan tanpa alasan, lho. Ada beberapa pendapat master tentang penyebab perihal ini terjadi.
Anak-anak dan juga remaja nan sering resah sering kali merasa tertekan dengan tekanan akademik. Selain itu, kondisi ini juga kerap terjadi di rumah, maupun dalam hubungan sosial.
Dikutip dari laman Boston University (BU), resah berlebihan pada anak sekarang menjadi gangguan mental nan paling umum terjadi di Amerika Serikat, terutama sejak pandemi COVID-19.
Aktivitas sehari-hari nan dulunya terasa biasa, seperti pergi ke sekolah namalain bersosialisasi, sekarang menjadi perihal nan penuh tekanan dan menimbulkan rasa resah nan tak terkendali, Bunda.
Kini banyak siswa di Massachusetts dan beberapa tempat lainnya, tidakhadir dari sekolah. Fenomena ini apalagi telah menyebabkan disebut sebagai chronic absenteeism namalain 'penolakan terhadap sekolah'. Dampak dari kondisi ini tidak hanya dirasakan oleh anak-anak, tetapi juga oleh orang tua, keluarga, dan pengasuh.
"Mekanisme nan mendasari kecemasan, seperti intoleransi terhadap ketidakpastian, perubahan, dan tekanan, semuanya meningkat selama tahun 2020. Situasi ini belum kembali ke tingkat sebelum COVID. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah anak-anak betul-betul telah pulih dari pengalaman kurang berkesan dari tahun-tahun tersebut," ungkap asisten pembimbing besar riset pengetahuan jiwa dan pengetahuan otak di BU College of Arts & Sciences, Alyssa Farley.
Tentang masalah kekhawatiran pada anak-anak
Dikutip dari National Health Service (NHS), rasa resah pada anak wajar terjadi. Tapi kekhawatiran bisa menjadi masalah besar bagi anak ketika kemunculannya mulai mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.
Kecemasan dapat mulai menimbulkan masalah bagi anak ketika:
- Seiring waktu semakin parah dan tidak kunjung hilang
- Mengganggu aktivitas sehari-hari
- Menghentikan anak melakukan hal-hal nan mereka sukai sebelumnya
Kecemasan parah seperti ini dapat membahayakan kesejahteraan mental dan emosional anak, memengaruhi nilai diri dan kepercayaan diri mereka.
Pada anak usia sekolah, rasa resah bisa ditunjukkan dengan indikasi seperti:
- Kurang percaya diri untuk mencoba hal-hal baru namalain tampak tidak bisa menghadapi tantangan sehari-hari nan sederhana
- Kesulitan berkonsentrasi
- Mengalami masalah dengan tidur namalain makan
- Sering muncul ledakan amarah
- Memiliki banyak pikiran negatif, namalain terus berpikir bahwa hal-hal jelek bakal terjadi
- Mulai menghindari aktivitas sehari-hari, seperti berjumpa teman, pergi keluar rumah, namalain pergi ke sekolah
Penyebab anak-anak lebih sering cemas
Lantas apa saja penyebab anak era sekarang lebih sering merasa resah dan jumlahnya kian meningkat? Berikut beberapa kemungkinan penyebabnya seperti dilansir beragam sumber:
1. Tuntutan untuk berprestasi dalam segala hal
Salah satu aspek utama nan menyebabkan anak-anak era sekarang jadi lebih resah adalah tekanan untuk berprestasi, baik di bagian akademik maupun aktivitas ekstrakurikuler.
Dalam lingkungan pendidikan saat ini, banyak anak nan didorong untuk menjadi nan terbaik, apalagi sejak usia dini. Anak pun kadang jadi resah lantaran takut membikin kesalahan, padahal kesalahan adalah bagian krusial dari proses pembelajaran.
2. 'Tertular' resah dari orang tua
Berdasarkan laporan baru-baru ini dari The US Surgeon General, nyaris separuh dari orang tua melaporkan bahwa mereka merasa stres berlebihan nyaris setiap hari. Tak sedikit pula nan melaporkan kurang bisa mengelola stres dan tidak ada support sosial nan memadai.
Dikutip dari Psychology Today, rasa resah ini sangat mudah menular kepada anak-anak, nan pada gilirannya meningkatkan akibat masalah perilaku, nilai diri nan rendah, dan isolasi sosial.
3. Screentime berlebihan
Ilustrasi Anak Main Gadget/Foto: iStock
Di era digital seperti saat ini, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain gadget dan bersosialisasi secara virtual. Kondisi ini pun dapat mengganggu pola tidur anak dan mengurangi kesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan teman-teman sebaya.
Perlu diketahui bahwa hubungan tatap muka sangat krusial dalam mengembangkan kepintaran emosional dan ketahanan mental anak.
4. Jadwal aktivitas nan terlalu padat
Banyaknya aktivitas saat ini juga kerap membikin anak mempunyai rutinitas nan padat, termasuk dari les dan ekstrakurikuler. Meskipun sebenarnya bisa bermanfaat, agenda nan terlalu padat membikin anak-anak kelelahan secara corak dan mental.
5. Terbiasa selalu dibantu orang tua
Terlalu banyak kombinasi tangan dan membantu menyelesaikan masalah anak tanpa disadari juga bisa menambah rasa resah pada anak. Mereka jadi panik dan mudah takut, terutama jika setiap tindakan mereka selalu dipantau dan diarahkan.
Untuk bisa lebih percaya diri dan mau berupaya secara mandiri, anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk membuktikannya.
6. Paparan media nan tak terbatas
Dengan semakin berkembangnya teknologi, anak-anak saat ini jadi lebih mudah mengakses info bumi nan bisa menambah tingkat kekhawatiran mereka. Termasuk paparan buletin dan isu-isu besar seperti perubahan suasana dan krisis ekonomi, nan mungkin membikin anak-anak merasa resah tentang masa depannya.
7. Kurang waktu untuk bermain di luar
Daya tarik digital saat ini membikin minat anak untuk bermain di luar rumah, terutama di alam terbuka, jadi semakin menurun. Padahal bermain di luar mempunyai banyak kegunaan untuk kesehatan mental, seperti mengurangi stres dan meningkatkan keseimbangan emosional.
8. Kurang pembekalan tentang langkah mengelola stres
Tanpa pemahaman tentang skill langkah mengelola stres, masalah sehari-hari rentan membikin anak jadi mudah cemas. Mereka jadi kesulitan mengatur emosi, menghadapi pikiran negatif, dan mengambil tindakan positif tanpa pengarahan nan tepat.
Demikian ulasan tentang penyebab anak era sekarang lebih sering merasa resah menurut pakar. Untuk membantu mengatasi masalah ini, krusial bagi orang tua untuk menyediakan lingkungan nan lebih mendukung dan saling mendengarkan.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)