Manusia Bisa Mengecewakanmu, Tapi Allah Tidak Akan Mengecewakanmu

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Janganlah engkau berambisi sedikit pun kepada manusia termasuk kepada orang nan terdekat denganmu, seperti orang tua, teman, kerabat, dosen, dan lain-lainnya, lantaran mereka bisa membuatmu kecewa. Tapi jika kita berambisi kepada Allah, Allah Maha mengetahui apa nan terbaik untuk hamba-Nya.

Oleh lantaran itu, apapun nan Anda mau, jangan lupa untuk terus meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ

(1) Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah nan Maha Esa;

اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ

Donasi Website KincaiMedia

(2) Allah tempat meminta segala sesuatu;

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ

(3) Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.”

Ash-Shamad adalah salah satu nama di antara Asmaul Husna yang dimiliki oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Para ustadz Salaf memberikan beragam penjelasan tentang makna Ash-Shamad, namun perbedaan tersebut dapat diterima lantaran tidak saling bertentangan, apalagi saling melengkapi. Oleh lantaran itu, semua makna nan diungkapkan dapat disandarkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berikut adalah penjelasan para ustadz tentang makna Ash-Shamad:

1) (Rabb) tempat berjuntai segala makhluk untuk memenuhi semua kebutuhan dan permintaan mereka. Ini adalah pendapat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berdasarkan riwayat dari ‘Ikrimah.

2) nan Maha Kekal setelah semua makhluk binasa. Ini adalah pendapat Al-Hasan dan Qatadah.

3) Al-Hayyu Al-Qayyûm, nan Maha Hidup, Maha Berdiri Sendiri, dan Mengurusi makhluk, serta tidak bakal binasa. Pendapat ini juga dari Al-Hasan.

4) Tidak makan dan tidak berongga, menurut pendapat ‘Ikrimah, Ibnu Mas’ud, Mujahid, dan ustadz lainnya.

5) nan tiada beranak dan tidak diperanakkan, pendapat Ar-Rabi’ bin Anas.

6) Cahaya nan bersinar, pendapat Abdullah bin Buraidah.

Imam Thabrani rahimahullah menyimpulkan bahwa semua makna tersebut benar, lantaran semuanya menggambarkan sifat Allah ‘Azza wa Jalla sebagai tempat berjuntai makhluk, nan kekuasaan-Nya sempurna, tidak berongga, tidak makan, tidak minum, dan Maha Kekal setelah makhluk-Nya binasa. Pendapat ini juga didukung oleh Imam Al-Baihaqi rahimahullah.

Syaikh Musa’id Ath-Thayyâr hafizhahullah menyebutkan lima makna Ash-Shamad dan menjelaskan bahwa perbedaan pendapat para ustadz Salaf termasuk dalam kategori ikhtilaf tanawwu’ (perbedaan dalam ragam penjelasan), bukan perselisihan makna. Semua pendapat itu kembali pada inti nan sama: Allah tidak memerlukan apa pun sebagaimana nan diperlukan makhluk, lantaran kesempurnaan kekuasaan-Nya.

Kemudian dalam surah Al-Ikhlas terdapat faidah nan bisa ketahui adalah:

1) Penegasan sifat keesaan (ahadiyyah) bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

2) Penegasan sifat shamadiyyah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, adalah sifat-Nya nan tidak memerlukan apa pun sebagaimana makhluk memerlukan, lantaran kesempurnaan kekuasaan-Nya.

3) Pengenalan terhadap Allah melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

4) Penetapan konsep tauhid dan pengakuan terhadap kenabian.

5) Bantahan terhadap klaim bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai anak.

6) Penegasan tanggungjawab untuk berakidah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lantaran hanya Dia nan berkuasa disembah.

Berharap kepada manusia sering kali menjadi sumber kekecewaan nan mendalam. Ini bukan lantaran manusia jahat namalain tak peduli, tetapi lantaran manusia adalah makhluk nan terbatas dalam kemampuan, kekuatan, dan apalagi kesetiaan. Mereka bisa berjanji, tapi tak selalu bisa menepati. Mereka bisa memberikan perhatian, tapi tak bisa melakukannya selamanya. Hati mereka berubah, kondisi mereka tidak stabil namalain tidak menentu, dan mereka pun mempunyai kelemahan nan tak bisa dihindari. Namun, berbeda dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, nan tak pernah mengecewakan hamba-Nya. Allah adalah tempat terbaik untuk menggantungkan harapan, lantaran Dia Maha Mengetahui segala kebutuhanmu, apalagi sebelum Anda meminta. Maka, jika Anda tak mau hatimu remuk oleh kekecewaan, belajarlah untuk berambisi kepada Allah semata, bukan kepada manusia nan hanya menjalani takdirnya.

***

Penulis: Rizka Fajri Indra

Artikel KincaiMedia

Referensi:

https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/112?from=1&to=4

https://almanhaj.or.id/5402-tafsir-surat-alikhlas.html

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027