ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Rahim buatan merupakan sebuah terobosan baru nan sedang dikembangkan untuk bayi prematur. Inovasi ini mungkin terlihat mustahil, namun sejumlah mahir bekerja sama untuk mewujudkannya dengan semakin majunya teknologi. Mungkinkah intelektual dapat membikin rahim buatan? Ini kata pakar, Bunda.
Dilansir CNN Health, dengan kemajuan ilmiah dapat 'menciptakan' rahim buatan agar dapat membantu memecahkan masalah kesehatan utama. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kelahiran prematur adalah pembunuh nomor 1 pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Ini lantaran anak nan lahir prematur berisiko mengalami masalah kesehatan seumur hidup. Termasuk kesulitan bernapas, masalah gastrointestinal, masalah penglihatan dan pendengaran, keterlambatan perkembangan, dan cerebral palsy. Paru-paru dan otak bayi itu selesai berkembang di akhir kehamilan.
Apa itu rahim buatan?
Rahim buatan adalah perangkat teknologi nan dirancang untuk membantu bayi nan lahir prematur. Rahim buatan ini meniru lingkungan rahim manusia agar janin dapat berkembang di luar tubuh ibunya.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), kelahiran prematur menjadi masalah nan berkembang di AS. Jumlah kelahiran prematur meningkat dari 10,1 persen dari semua bayi nan lahir pada 2020 menjadi 10,5 persen pada 2021.
Sejumlah intelektual telah bereksperimen dengan hewan dan rahim buatan. Dalam setiap penelitian, rahim buatan dibuat sedikit berbeda.
Pada penelitian tersebut, rahim buatan tidak dirancang untuk menggantikan orang hamil. Rahim buatan tidak dapat digunakan sejak pembuahan hingga kelahiran.
Sebaliknya, rahim buatan dapat digunakan untuk membantu sejumlah mini bayi nan lahir sebelum 28 minggu kehamilan, nan dianggap sebagai prematuritas ekstrem. Kurang dari 1 persen bayi lahir pada usia kehamilan sedini ini.
Dokter bedah Christoph Haller dan tim peneliti dari Rumah Sakit Anak-anak Toronto menghadirkan rahim buatan dengan menggunakan tabung (kantung) berisi cairan amnion sintetis, suplai oksigen, dan nutrisi.
Ilmuwan memindahkan janin bayi babi dari rahim babi dewasa ke dalam kantong yang dijadikan rahim baru untuk janin babi. Peneliti kemudian melakukan pemantauan medis intensif untuk memastikan janin berkembang sebagaimana mestinya.
"Tujuan akhir hari ini adalah untuk memindahkan janin ke rahim buatan itu," kata Haller, seorang master bedah jantung anak di Rumah Sakit Anak-anak, sembari menunjuk ke sebuah kantong plastik persegi panjang cerah dengan selang nan masuk dan keluar darinya.
"Kami memindahkannya ke lingkungan buatan nan memungkinkan janin tetap mempertahankan fisiologinya nan normal," kata Haller.
Babi dan manusia mempunyai jenis tali pusar nan sama, tetapi ada masalah dengan sirkulasi darah dan beberapa masalah jantung dalam percobaan itu. Meskipun mengalami kemunduran, Mike Seed, kepala Divisi Kardiologi di Rumah Sakit Anak di Toronto, merasa berada di jalur nan benar.
Dilansir ScienceFocus, dalam percobaan tahun 2017, mahir bedah anak di Rumah Sakit Anak Philadelphia di AS mengungkapkan teknik baru nan melibatkan janin dalam 'biobag' nan penuh dengan cairan ketuban sintetis.
Peneliti menguji perangkat rahim buatan pada domba prematur, dengan menempelkan tali pusar hewan tersebut ke mesin pertukaran gas di luar kantong nan menjaga darah tetap terisi dengan oksigen dan nutrisi.
Peneliti sukses menjaga anak domba nan sedang berkembang tetap hidup selama 28 hari dalam kantong plastik steril nan diisi dengan cairan. Tim memandang pertumbuhan dan perkembangan positif pada paru-paru, otak, dan saluran pencernaan anak domba.
Beberapa domba tetap hidup hingga berat lahir, jadi jika tim dapat membikin teknologi ini lebih aman, mungkin dapat mengadaptasinya untuk menyelamatkan bayi manusia.
"Teknologinya kuat dan stabil," kata Dr. Alan Flake, kepala Pusat Penelitian Janin di Rumah Sakit Anak Philadelphia.
"Kami sekarang telah menguji lebih dari 300 anak domba dalam rahim buatan, dan pengujiannya secara umum melangkah sangat lancar," katanya menambahkan.
Dalam percobaan lain di Jepang dan Australia, dalam rahim buatan nan disebut intelektual EVE, domba diinkubasi selama seminggu dan mengalami perkembangan paru-paru nan baik, tetapi ada beberapa cedera otak lantaran masalah teknis.
Manfaat rahim buatan
Pengembangan rahim buatan dapat memberikan solusi untuk beragam tantangan medis, antara lain:
- Keselamatan bayi prematur: Rahim buatan dapat digunakan untuk bayi nan lahir prematur ekstrem. Rahim buatan dapat memberikan lingkungan nan dibutuhkan bayi dalam mendukung perkembangan hingga usia kehamilan nan aman.
-
Pasangan masalah infertilitas: Rahim buatan bisa menjadi solusi untuk pasangan suami istri (pasutri) duit tidak bisa mengandung secara alami. Para peneliti sekarang bereksperimen dengan mempertahankan sel-sel rahim di luar tubuh, nan di masa mendatang dapat didukung dalam rahim buatan dan menyediakan tempat bagi embrio untuk menempel. Jaringan rahim ini perlu mempunyai suplai darahnya sendiri – sesuatu nan belum tercapai. Para intelektual percaya bahwa mengatasi masalah ini bakal menjadi langkah besar menuju rahim buatan.
Perdebatan rahim buatan
Tim peneliti baru mencobakannya ke hewan. Kemungkinan rahim buatan ini dapat memunculkan banyak pertanyaan. Kapan kondusif untuk mencoba rahim buatan pada manusia? Bayi prematur mana nan menjadi kandidat nan tepat? Apa sebutannya? Janin? Bayi?
"Hal ini krusial dalam perihal gimana kita menetapkan status moral bagi individu," kata Mercurio, mahir bioetika Yale.
Namun, Mercurio optimistis masalah tersebut dapat diselesaikan. Badan Pengawas Obat dan Makanan mengadakan lokakarya pada bulan September 2023 untuk membahas upaya ilmiah terbaru untuk menciptakan rahim buatan, masalah etika nan ditimbulkan oleh teknologi tersebut, dan pertanyaan apa nan kudu dijawab sebelum mengizinkan rahim buatan diuji pada manusia.
"Saya betul-betul mendukung teknologi tersebut lantaran saya pikir teknologi tersebut mempunyai potensi besar untuk menyelamatkan bayi," kata Vardit Ravitsky, presiden dan CEO The Hastings Center, sebuah lembaga mahir makulat bioetika.
Mengenai percobaan pada manusia, Komite FDA sepakat bahwa sebelum teknologi tersebut dapat digunakan pada manusia, para intelektual kudu menentukan model hewan nan paling tepat untuk menguji rahim buatan.
Para mahir mengatakan mungkin juga perlu ada pembicaraan tentang apa makna viabilitas — sebuah konsep nan merujuk pada skill manusia untuk memperkuat hidup di luar rahim.
Komite juga membahas panjang lebar etika penggunaan teknologi tersebut, termasuk percakapan apa nan mungkin kudu dilakukan master dengan orang tua tentang seberapa sukses intervensi tersebut jika diuji pada manusia.
Para penasihat juga mau memastikan bahwa jika manusia menjadi bagian dari uji coba, uji coba tersebut bakal berbudi pekerti inklusif. Dan sepakat bahwa perlu ada tindak lanjut nan ekstensif untuk menentukan akibat kesehatan, jika ada, nan dialami anak-anak dalam jangka panjang.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)