ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, JAKARTA -- Di majma al-bahrain, Nabi Musa akhirnya berjumpa dengan laki-laki nan berilmu ini. Sang nabi sebelumnya telah diberi tahu oleh Malaikat Jibril mengenai sosok laki-laki tersebut.
"Bukankah engkau Musa dari Bani Israil? Bagimu salam, wahai nabi dari Bani Israil," laki-laki nan saleh itu berbincang kepada sang nabi. Musa terkejut mendengarnya.
"Dari mana engkau mengenalku?"
Ia menjawab, "Sesungguhnya nan mengenalkan engkau kepadaku adalah nan juga memberitahuku siapa engkau."
Lelaki itu memperkenalkan diri sebagai Khidir. Nabi Musa silam kembali mengucapkan salam dengan penuh kelembutan dan kesopanan.
"Lantas, apa nan engkau inginkan dariku, wahai Musa?" tanya Khidir.
"Apakah saya dapat mengikutimu agar engkau dapat mengajariku sesuatu nan engkau telah memperoleh karunia dari-Nya?" pinta sang nabi.
Khidir menjawab, "Tidakkah cukup di tanganmu Taurat? Bukankah engkau telah mendapatkan wahyu? Sungguh, wahai Musa, jika engkau mau mengikutiku, engkau tidak bakal sanggup bersabar bersamaku."
Namun, Musa terus memaksa untuk ikut. Akhirnya, Khidir mengusulkan persyaratan, adalah bahwa Musa tidak bertanya sesuatu pun kepadanya sehingga pada saatnya kelak dia bakal mengetahuinya alias Khidir sendiri nan bakal menjelaskannya, dengan izin Allah.
قَالَ فَاِنِ اتَّبَعۡتَنِىۡ فَلَا تَسۡـَٔـلۡنِىۡ عَنۡ شَىۡءٍ حَتّٰٓى اُحۡدِثَ لَـكَ مِنۡهُ ذِكۡرًا
"Dia berkata, 'Jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai saya menerangkannya kepadamu'" (QS al-Kahfi: 70).
Tiga peristiwa
Setelah persyaratan disepakati, akhirnya Musa pergi berdampingan Khidir. Mereka melangkah di tepi laut. Kemudian terdapat perahu nan berlayar silam mereka berbincang dengan orang-orang nan ada di sana agar mau mengangkut mereka. Para pemilik perahu mengenal Khidir.
Lalu mereka pun membawanya beserta Musa tanpa meminta penghasilan sedikit pun kepadanya. Ini sebagai corak penghormatan kepada Khidir. Namun, Musa dibuat terkejut, ketika perahu itu berlabuh dan ditinggalkan oleh para pemiliknya, Khidir melubangi perahu itu. Ia mencabut papan demi papan dari perahu itu, silam dia melemparkannya ke laut sehingga papan-papan itu dibawa ombak ke tempat nan jauh.
Musa menyertai Khidir dan memandang tindakannya dan kemudian dia berpikir. Musa berbincang kepada dirinya sendiri, "Apa nan saya lakukan di sini? Mengapa saya berada di tempat ini dan menemani laki-laki ini? Mengapa saya tidak tinggal berdampingan Bani Israil dan membacakan kitab Allah SWT sehingga mereka berilmu kepadaku?
Sungguh, para pemilik perahu ini telah mengangkut kami tanpa meminta upah. Mereka pun memuliakan kami, tetapi guruku justru merusak perahu itu dan melubanginya. Tindakan Khidir di mata Musa adalah tindakan nan tercela. Dia terdorong untuk bertanya kepada gurunya dan dia lupa tentang syarat nan telah diajukannya agar dia tidak bertanya apa pun nan terjadi.