ARTICLE AD BOX
Pernahkah Anda merasa bahwa selembar piagam sering dijadikan tolak ukur utama dalam menentukan keberhasilan hidup? Jika iya, Kami (Bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen bakal mengajakmu untuk memandang perspektif nan berbeda. Novel ini mengupas konsep kesuksesan dari perspektif pandang nan lebih luas, mematahkan stereotip bahwa keberhasilan hidup hanya dapat diukur dari gelar akademik semata. Melalui cerita nan sarat makna, J.S. Khairen menggambarkan perjalanan hidup para tokoh nan penuh dengan perjuangan, keberanian, dan kreativitas.
Grameds, jika Anda pernah merasakan kehidupan sebagai mahasiswa namalain sedang menjalani masa ini, Anda pasti bakal relate sama novel ini. Hidup sebagai mahasiswa adalah perjalanan penuh warna. Dimulai dari rasa bangga saat pertama kali mengenakan jas almamater, hingga tekanan tugas nan menumpuk dan kebingungan tentang masa depan. Di tengah dinamika itu, kita sering dihadapkan pada pertanyaan besar: apa tujuan kita sebenarnya? Kuliah bukan hanya soal mencari gelar, tetapi juga tentang menemukan jati diri, mengatasi rintangan, dan belajar dari setiap pengalaman nan ada.
Bagi banyak mahasiswa, perjalanan ini adalah waktu untuk bermimpi besar, gagal, bangkit lagi, dan perlahan memahami bahwa setiap langkah, sekecil apa pun, mempunyai makna dalam membentuk masa depan. Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas pertama kali terbit pada tahun 2019 sebagai bagian dari seri Kami (Bukan). Buku ini terdiri dari 366 halaman, dan setiap babnya disertai quote menarik dari penulis. Melalui ceritanya, J.S. Khairen menyelami kehidupan mahasiswa di Universitas Daulat Eka Laksana (UDEL), sebuah universitas nan apalagi susah ditemukan di mesin pencarian Google.
Jika Anda sedang ragu dengan perjalanan hidupmu namalain merasa mimpi nan Anda kejar terlalu jauh, kitab ini layak Anda baca. Novel ini menghadirkan pelajaran krusial tentang gimana menemukan jalan hidup, apalagi saat kita merasa tersesat. Tidak hanya menghibur, kitab ini juga bakal membuka wawasan Anda tentang pentingnya keberanian bermimpi dan berjuang untuk itu.
Profil J.S. Khairen: Penulis nan Gemar Memotret Budaya dalam Karya
J.S. Khairen, namalain Jombang Santani Khairen, adalah seorang penulis berbakat berdarah Minang nan lahir pada 23 Januari 1991. Minat menulisnya tumbuh sejak kecil, terinspirasi oleh sang ayah nan bekerja sebagai wartawan dan apalagi membuka kelas menulis informal di Padang saat Khairen tetap SD. Ia mulai aktif menulis pada 2013 dan hingga sekarang telah menghasilkan sekitar 20 buku, termasuk novel, kumpulan cerpen, dan karya lainnya.
Beberapa karya terkenalnya antara lain Kami (bukan) Sarjana Kertas, Kami (bukan) Generasi Bact*, Rinduku Sederas Hujan Sore Itu, serta Melangkah. Dengan style penulisan nan unik dan tema nan menggugah, dia sukses memadukan komponen budaya, ekonomi, dan tradisi dalam setiap karyanya.
Tidak hanya menulis, J.S. Khairen juga aktif berbagi pengetahuan melalui media sosial, workshop, dan grup diskusi. Selain itu, dia pernah berdomisili sebagai tokoh dalam movie Humba Dreams. Kini, J.S. Khairen menjalani kehidupan senang berdampingan istri dan dua anaknya, sembari terus berkarya di bumi literasi.
Di luar bumi sastra, J.S. Khairen juga dikenal sebagai sosok nan peduli terhadap rumor sosial dan pendidikan. Ia kerap terlibat dalam beragam aktivitas amal, seperti penggalangan biaya untuk pendidikan anak-anak kurang bisa dan penyediaan buku-buku literasi di wilayah terpencil. Hal ini menunjukkan dedikasi dan kontribusinya tidak hanya dalam bumi penulisan tetapi juga dalam upaya membangun kesadaran literasi di masyarakat. J.S. Khairen percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk menciptakan perubahan nan berkelanjutan, dan dia menggunakan platformnya untuk menginspirasi orang lain agar ikut serta dalam aktivitas ini.
Kepribadian J.S. Khairen nan rendah hati dan mudah berbaur membuatnya banyak dihormati oleh rekan-rekan sesama penulis dan para pembacanya. Ia sering mengadakan obrolan terbuka di media sosial, di mana dia berbagi pengalaman, menjawab pertanyaan seputar bumi kepenulisan, serta memberikan motivasi kepada para calon penulis.
Dengan segala pencapaiannya, J.S. Khairen terus menjadi inspirasi bagi banyak orang nan bercita-cita untuk menekuni bumi sastra, sekaligus membuktikan bahwa kerja keras dan konsistensi dapat membawa seseorang meraih kesuksesan nan gemilang.
Sinopsis Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas
Cerita bermulai di kampus UDEL dengan tujuh mahasiswa nan mempunyai latar belakang berbeda: Ogi, Ranjau, Gala, Arko, Juwisa, Sania, dan Cathrine. Dipimpin oleh pengajar konseling mereka, Bu Lira Estrini, golongan ini mulai menghadapi beragam tantangan hidup
Ogi, nan awalnya merasa kuliah hanyalah beban, akhirnya menemukan bakatnya di bagian teknologi info dan bekerja di perusahaan internasional tanpa menyelesaikan studinya. Sebaliknya, Ranjau, nan lulus dengan predikat cum laude, kudu berjuang untuk mendapatkan pekerjaan. Novel ini menunjukkan bahwa perjalanan setiap perseorangan berbeda, dan sukses tidak hanya diukur dari gelar akademik.
Kelebihan dan Kekurangan Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas
Pros & Cons
Pros
- Cerita nan inspiratif
- Karakter nan realistis
- Banyak quote bermakna
- Mengangkat rumor relevan dengan zaman
Cons
- Alur cerita nan lambat
- Gaya bahasa nan kadang terasa “melayu-gaul”
- Fokus cerita nan condong terbagi
- Beberapa logika cerita kurang masuk akal
Kelebihan Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas
Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas sukses menyampaikan pesan-pesan kehidupan melalui bahasa nan ringan dan mengalir. Gaya penulisan ini memudahkan pembaca dari beragam usia untuk memahami cerita, apalagi pelajar SMA sekalipun. Setiap alur cerita dirancang untuk membawa pembaca merasakan emosi nan beragam—dari terharu hingga tertawa terpingkal-pingkal. Hal ini membikin kitab ini terasa hidup dan menyenangkan untuk diikuti.
Salah satu daya tarik utama dari kitab ini adalah kemampuannya untuk menghadirkan pelajaran hidup nan mendalam dalam cerita sederhana. Buku ini mengajarkan pembacanya untuk terus bergerak maju, menemukan solusi dalam setiap tantangan, dan tidak menyerah meski menghadapi kesulitan. Pesan moral seperti pentingnya mempunyai sahabat nan mendukung serta memahami bahwa jalan nan susah sering kali membawa keelokan di ujungnya menjadi inti dari kisah nan disampaikan.
Buku ini juga sangat relevan untuk pelajar dan mahasiswa, khususnya nan berada di awal perjalanan akademis mereka. Ceritanya menawarkan motivasi untuk menjalani kehidupan perkuliahan dengan semangat dan optimisme. Kalimat-kalimat penyemangat seperti “saat segala sesuatu terasa berat, itu artinya kau sedang mendaki” memberikan dorongan emosional nan kuat kepada pembaca.
Penulis juga sukses menyelipkan lawakdan refleksi diri nan menjadikan kitab ini lebih menarik. Kehidupan nan terkadang perlu “dibercandakan” menjadi pesan unik nan diusung, mengingatkan pembaca untuk tidak terlalu serius menghadapi hidup. Kalimat-kalimat ini memberikan perspektif baru tentang gimana menjalani hidup dengan lebih seimbang.
Di setiap babnya, kitab ini menyisipkan kata-kata bijak nan “menyadarkan” pembaca tentang drama kehidupan dan bumi perkuliahan. Banyak pembaca merasa terhubung dengan cerita lantaran mereka memandang refleksi dari perjuangan mereka sendiri. Buku ini tidak hanya menjadi referensi nan menghibur tetapi juga memberi daya positif bagi pembacanya.
Salah satu kekuatan kitab ini adalah pesan moral nan disampaikan melalui karakter-karakternya. Setiap tokoh mempunyai karakter dan perjalanannya sendiri, membikin pembaca merasa dekat dengan mereka. Kutipan-kutipan di akhir setiap bab juga menjadi daya tarik tersendiri. Misalnya, kalimat, “Kita kerap mendikte Sang Mahapasti dengan doa-doa nan ajaib. Padahal kita tahu, Ia adalah penulis skenario terbaik.” (hlm. 256), memberikan refleksi mendalam tentang kehidupan.
Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas mempunyai kelebihan lain berupa kritik sosial nan tajam, tetapi tetap relevan terhadap beragam pihak dalam sistem pendidikan, seperti pendidik, peserta didik, orang tua, hingga standar sosial nan membentuk persepsi terhadap pendidikan.
Kritik ini disampaikan melalui narasi nan lembut dan berkesan, membikin pembaca tidak hanya menikmati cerita, tetapi juga merenungkan realitas bumi pendidikan. Penggambaran sistem pendidikan dalam kitab ini, seperti konseling mahasiswa dengan dosen, meski terasa ideal, memberikan angan bakal adanya perubahan positif di masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa penulis tidak hanya bercerita, tetapi juga berupaya menyuarakan pandangan dan impiannya tentang sistem pendidikan nan lebih baik dan manusiawi.
Kekurangan Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas
Pesan Moral dalam Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas
Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas ini mengajarkan bahwa kesuksesan tidak selalu datang dari jalur akademik. Ada nan lebih penting, adalah menemukan minat dan bakatmu dan tetap berjuang untuk itu. Selain itu, berada di lingkungan nan mendukung adalah kunci untuk tetap memperkuat dalam menghadapi beragam rintangan hidup.
Pesan moral tentang perjuangan dan ketangguhan hidup menjadi salah satu inti utama dalam kitab ini. Setiap tokoh nan diperkenalkan mempunyai perjuangan masing-masing untuk memperkuat dan mencapai mimpinya. Mereka datang dari latar belakang nan beragam, tetapi semuanya mempunyai tekad kuat untuk memperbaiki hidup melalui pendidikan. Hal ini mengajarkan pembaca bahwa setiap orang mempunyai jalannya sendiri dalam menghadapi rintangan hidup, dan perjuangan adalah bagian nan tidak terpisahkan dari proses tersebut.
Selain itu, novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas menyampaikan pentingnya menghargai proses belajar dalam segala bentuknya, bukan hanya di ruang kelas, tetapi juga dari pengalaman hidup. Cerita nan menyelami kehidupan mahasiswa dari beragam sisi memberikan gambaran bahwa pendidikan bukan hanya soal nilai akademik, tetapi juga pembentukan karakter, empati, dan skill untuk menghadapi masalah nyata. Buku ini membujuk pembaca untuk tidak menyerah meski berada dalam situasi nan sulit, lantaran perjuangan itu sendiri adalah pelajaran berharga.
Pesan moral lain nan kuat adalah tentang pentingnya organisasi dan support antarindividu. Hubungan antara tokoh-tokoh dalam cerita menunjukkan sungguh besar pengaruh positif dari sahabat, mentor, dan family dalam membantu seseorang memperkuat dan berkembang. Dukungan ini menjadi pengingat bahwa tidak ada nan bisa melangkah sendirian, dan kita perlu saling membantu untuk mencapai tujuan bersama.
Buku ini juga menekankan nilai-nilai kemandirian dan tanggung jawab pribadi. Para tokoh digambarkan kudu menghadapi keputusan-keputusan susah nan menguji kedewasaan mereka. Pembaca diajak merenungkan gimana mereka sendiri bisa menjadi jenis terbaik dari diri mereka dengan terus belajar, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan berkontribusi kepada orang lain. Pesan ini relevan untuk siapa saja nan sedang mencari tujuan hidup namalain merasa bimbang di tengah perjalanan mereka.
Kesimpulan
Penulis: Gheani Kirani
Rekomendasi Buku Terkait
Rinduku Sederas Hujan Sore Itu (Republish)
Hujan adalah janji setia langit kepada bumi. nan pasti datang, tanpa payah menunggu. Kita terjebak di hujan nan sama, namun tak bisa saling bicara. Membuatku terus menunggumu memutar badan dan melempar senyum kepadaku. Aneka rasa tumpah dari langit. Cemas dan kangen tanpa bisa kucegah. Rasa nan begitu besar, nan melenyapkan rasa lainnya. Jarak kita tak jauh. Namun tak bisa bertatapan, apalagi berbicara. Rinduku sederas hujan sore itu.
Melangkah
Listrik padam di seluruh Jawa dan Bali secara misterius. Ancaman nyata kekuatan baru nan hendak menaklukkan Nusantara. Saat nan sama, empat sahabat mendarat di Sumba, hanya untuk mendapati nasib ratusan juta manusia ada di tangan mereka! Empat mahasiswa ekonomi ini, kudu berkompetisi melawan pasukan berkuda nan bisa melontarkan listrik! Semua dipersulit oleh seorang buronan tingkat tinggi bertopeng pahlawan nan punya rencana mengerikan. Ternyata pesan arwah nenek moyang itu betul-betul terwujud. “Akan datang kegelapan nan berderap, berdampingan ribuan kuda raksasa di kala malam. Mereka bangun setelah sekian lama, untuk menghancurkan Nusantara. Seorang laki-laki dan seorang wanita ditakdirkan membaurkan air di lautan dan api di pegunungan. Menyatukan tanah nan menghujam, dan udara nan terhampar.” Kisah tentang persahabatan, tentang lembah ego anak dan orangtua, tentang menyeimbangkan logika dan perasaan. Juga tentang melangkah menuju masa depan. Bahwa, apa pun nan menjadi luka masa lalu, biarlah mengering berdampingan waktu.
Kami (Bukan) Jongos Berdasi Edisi Revisi
Novel ini mengisahkan lika-liku kehidupan para tokoh nan begitu beragam. Sania nan tidak nyaman kerja di Bank EEK, Randi nan mengejar promosi di tempat kerjanya, Juwisa dengan angan S2 nya di luar negeri, Arko nan tidak kunjung mendapat piagam dan gelar sarjana, Lira dengan kebimbangannya memilih antara upaya namalain tawaran penelitian di Sumba, Cath dengan ambisinya menjadi seorang pengacara idealis, serta Ogi nan nasibnya sungguh gempar menggelegar sukses diceritakan oleh J.S Khairen dengan style bahasanya nan khas, santai, dan mudah dimengerti. Novel kedua ini tentu tidak boleh dilewatkan.