ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengumumkan rencana kembalinya Ujian Nasional (UN) mulai 2026. Meski disambut dengan pro dan kontra, beberapa pihak meminta agar penyelenggaraan UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan siswa, seperti nan diungkapkan Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G).
Dilihat dari perspektif psikologi, UN mempunyai akibat positif dan negatif nan patut diperhatikan dalam konteks perkembangan siswa dan sistem pendidikan.
Peran Ujian Nasional sebagai pertimbangan dalam pendidikan
Evaluasi pendidikan bermaksud untuk mengukur pencapaian siswa, memberikan umpan kembali kepada pendidik, dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Namun, metode pertimbangan nan terlalu berorientasi pada hasil dapat meningkatkan kekhawatiran akademik (academic anxiety) nan berakibat negatif pada kesehatan mental siswa.
Dalam konteks UN, tantangan utama adalah memastikan bahwa pertimbangan ini tidak hanya adil, tetapi juga mendukung perkembangan siswa secara holistik. Penelitian mengenai academic stress and burnout in adolescents menunjukkan bahwa tekanan berlebih akibat ujian dapat menurunkan motivasi belajar dan meningkatkan akibat burnout pada siswa.
Dampak positif Ujian Nasional
Ujian Nasional (UN) mempunyai peran krusial sebagai perangkat pertimbangan nan seragam untuk mengukur skill siswa di seluruh Indonesia. Dengan adanya standar nan sama di seluruh wilayah, UN dapat menciptakan keadilan dalam penilaian hasil belajar siswa.
Keberadaan standar pertimbangan nan seragam ini tidak hanya menjamin kesetaraan, tetapi juga memberikan gambaran nan jelas mengenai skill akademik siswa di beragam daerah. Menurut teori achievement motivation, ujian dapat berfaedah sebagai motivator nan mendorong siswa untuk meningkatkan prestasi mereka.
Lebih lanjut, persiapan menghadapi UN condong membikin siswa untuk belajar lebih giat dan terstruktur. Proses persiapan ini mendorong mereka untuk merencanakan waktu belajar dan memfokuskan perhatian pada tujuan nan jelas.
Sebuah studi mengenai self-regulated learner menunjukkan bahwa siswa nan mempunyai tujuan belajar nan jelas condong mempunyai skill manajemen diri nan lebih baik, di mana pada akhirnya dapat meningkatkan kompetensi akademik mereka.
Selain itu, hasil dari UN juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas pendidikan di beragam daerah. Data nan diperoleh dari UN memberikan pemerintah pandangan nan lebih baik tentang area nan memerlukan intervensi namalain perbaikan. Dengan info ini, kebijakan pendidikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik di setiap wilayah, memungkinkan pengedaran sumber daya nan lebih efektif.
Hal ini menjadikan UN tidak hanya sebagai perangkat pertimbangan individu, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan di Indonesia.
Dampak negatif Ujian Nasional
Pertama, Ujian Nasional (UN) dapat menjadi sumber stres nan signifikan bagi siswa. Teori stress and coping menjelaskan bahwa tuntutan tinggi tanpa sumber daya nan memadai dapat memicu stres kronis.
Hal ini sangat relevan dengan temuan dalam jurnal Factors Causing Student's Anxiety to Face National Examination. Studi ini mengidentifikasi beberapa aspek utama penyebab kekhawatiran siswa, seperti tekanan nilai, ketakutan gagal, ekspektasi orang tua dan guru, serta kurangnya persiapan dan support emosional.
Semua aspek ini berakibat negatif pada performa siswa, mengganggu kesehatan mental mereka, dan mempengaruhi hasil ujian nan diharapkan.
Kedua, konsentrasi nan berlebihan pada hasil UN dapat mengurangi motivasi intrinsik siswa untuk belajar.
Dalam teori self-determination, menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik, seperti nilai ujian, dapat menggantikan motivasi intrinsik nan sebenarnya lebih krusial untuk pembelajaran jangka panjang. Siswa nan lebih terfokus pada nilai akhir condong kehilangan minat dalam proses belajar itu sendiri, nan pada akhirnya mengurangi kualitas dan kedalaman pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.
Terakhir, ketimpangan akses pendidikan juga menjadi aspek krusial nan mempengaruhi kesiapan siswa dalam menghadapi UN. Siswa nan berasal dari wilayah terpencil namalain mempunyai akses pendidikan terbatas condong mengalami kesulitan dalam mempersiapkan ujian.
Ketimpangan ini memperburuk kesenjangan pendidikan di Indonesia, lantaran siswa di wilayah nan kurang berkembang mungkin tidak mendapatkan fasilitas, sumber daya, namalain support nan memadai untuk menghadapi ujian dengan persiapan nan optimal. Hal ini membikin mereka lebih rentan terhadap stres dan meningkatkan kesenjangan prestasi antara siswa di wilayah maju dan wilayah terpencil.
Tips orang tua menyiapkan mental anak menghadapi UN
Simak ulasannya di bawah ini:
1. Mengajarkan strategi manajemen stres
Orang tua dapat membantu anak belajar mengelola stres, dengan mengenalkan teknik seperti pernapasan dalam namalain mindfulness. Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa mindfulness efektif dalam mengurangi stres dan meningkatkan fokus.
Orang tua juga dapat memastikan anak merasa didukung melalui obrolan terbuka, pemberian motivasi, dan penguatan positif.
2. Menekankan pentingnya growth mindset
Mengajarkan konsep growth mindset kepada anak dapat membantu mereka menghadapi ujian sebagai kesempatan untuk belajar, bukan ancaman. Adapun siswa dengan growth mindset lebih bisa menghadapi tantangan dan belajar dari kesalahan.
Sebagai orang tua, kita dapat memperkuat pola pikir ini dengan memberikan apresiasi terhadap usaha, bukan hanya hasil.
3. Menjaga keseimbangan corak dan mental
Orang tua perlu membantu anak mengatur waktu belajar nan efektif, misalnya mengupayakan akomodasi dengan menyediakan ruang belajar nan kondusif dan mendorong rehat nan cukup. Selain itu, anak memerlukan tubuh nan sehat untuk mendukung performa belajar mereka.
Sehingga asupan gizi nan seimbang, olahraga teratur, dan tidur nan cukup sangat krusial untuk menjaga kesehatan corak dan mental.
Pentingnya support sosial dalam penyelenggaraan UN
Dukungan dari guru, orang tua, dan lingkungan sekolah sangat krusial untuk menciptakan suasana belajar nan positif. Menurut jurnal Schools as developmental contexts during adolescence, suasana sekolah nan suportif dapat mengurangi tekanan siswa dan meningkatkan hasil belajar.
Selain itu, komunikasi nan baik antara sekolah dan orang tua perlu ditingkatkan untuk memastikan semua pihak ikut memahami tujuan dan kegunaan UN. Dengan langkah ini, siswa tidak merasa terbebani oleh ekspektasi nan tidak realistis.
Kerjasama sekolah dan orang tua dalam menghadapi UN
Kerja sama antara orang tua dan sekolah memegang peranan krusial dalam mendampingi anak mempersiapkan ujian, terutama untuk menciptakan pengalaman belajar nan mendukung tanpa memberikan tekanan berlebih. Komunikasi terbuka antara kedua pihak menjadi langkah awal nan esensial.
Melalui perbincangan nan efektif, orang tua dapat memahami kebutuhan anak secara akademik dan bekerja sama dengan pembimbing untuk memberikan support nan sesuai.
Selain itu, orang tua dapat mendorong penerapan program pendampingan belajar nan terstruktur, seperti kelas remedial namalain les tambahan. Adapun pengarahan eksternal dari pembimbing dalam program ini membantu anak mengembangkan skill nan belum sepenuhnya mereka kuasai.
Kemudian orang tua perlu untuk memantau agenda belajar anak agar program tambahan ini tidak menjadi beban tambahan, tetapi justru meningkatkan efektivitas belajar mereka.
Keterlibatan aktif orang tua dalam program sekolah juga menjadi aspek krusial dalam mendukung persiapan ujian. Seminar strategi belajar namalain obrolan parenting nan diselenggarakan sekolah dapat menjadi sarana bagi orang tua untuk memperoleh wawasan dan peran nan lebih besar dalam mendampingi anak.
Penelitian mengenai Parental Involvement and Students' Academic Achievement menunjukkan bahwa keterlibatan ini berasosiasi positif dengan performa akademik siswa, nan pada akhirnya meningkatkan rasa percaya diri anak dalam menghadapi ujian.
Strategi pemerintah untuk meningkatkan kualitas UN tanpa tekanan psikologis
Simak ulasannya di bawah ini:
1. Pendekatan formatif dan sumatif
UN sebaiknya tidak hanya digunakan sebagai pertimbangan sumatif, tetapi juga formatif. Menurut jurnal assessment and classroom learning, pendekatan formatif menekankan pada proses pembelajaran nan berkepanjangan dan umpan kembali nan konstruktif. Dengan demikian, siswa dapat memandang ujian sebagai bagian dari perjalanan belajar, bukan sekadar penilaian akhir.
2. Pengintegrasian soft skills dalam kurikulum
Selain penilaian kognitif, UN dapat mencakup pengukuran soft skills seperti skill komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Studi mengenai The Power of Non-cognitive Skills menunjukkan bahwa skill non-kognitif mempunyai peran krusial dalam keberhasilan jangka panjang siswa.
3. Mengurangi beban ujian
Mengurangi jumlah mata pelajaran nan diujikan dalam UN dapat membantu siswa konsentrasi pada pemahaman mendalam daripada sekadar hafalan. Hal ini juga sesuai dengan prinsip pembelajaran berfaedah (meaningful learning) nan menekankan skill berpikir kritis, analisis, dan aplikasi konsep, sehingga pembelajaran menjadi lebih relevan dan berfaedah dalam kehidupan nyata.
4. Peningkatan kesiapan psikologis siswa
Program training izin emosi dan manajemen stres, seperti mindfulness, dapat diterapkan di sekolah untuk membantu siswa mengatasi tekanan ujian. Beberapa penelitian mengenai Behavioural and Cognitive Psychotherapy menunjukkan bahwa mindfulness dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dan skill konsentrasi siswa.
5. Evaluasi multidimensi
UN dapat dirancang sebagai pertimbangan multidimensi nan mencakup portofolio, proyek, dan penilaian berbasis kompetensi. Hal ini sejalan dengan jurnal Assessment and Teaching of 21st Century Skills: Research and Applications, menekankan pada produktivitas dan inovasi.
Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk menunjukkan pemahaman mereka melalui beragam format nan tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses belajar. Dengan demikian, pertimbangan ini dapat memberikan gambaran nan lebih holistik tentang skill siswa, termasuk skill kolaborasi, pemecahan masalah, dan literasi digital, nan sangat krusial di era modern.
Demikian ulasan mengenai akibat positif dan negatif Ujian Nasional untuk anak. Persiapkan prikologis siswa agar lebih siap menghadapi UN.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)