ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, Jakarta – Perkembangan kepintaran buatan (AI) semakin pesat, terutama dalam bagian AI generatif untuk video. Salah satu penemuan terbaru datang dari ByteDance, perusahaan induk TikTok, nan memperkenalkan model OmniHuman-1. Teknologi ini diklaim bisa menciptakan deepfake dengan realisme nan lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya.
ByteDance mungkin lebih dikenal sebagai perusahaan di kembali TikTok dan CapCut, tetapi perusahaan asal China ini juga berinvestasi besar dalam teknologi AI.
Reuters melaporkan bahwa ByteDance telah mengalokasikan biaya hingga $12 miliar (sekitar Rp188 triliun) untuk investasi AI hingga 2025. OmniHuman-1 menjadi salah satu produk AI paling ambisius mereka sejauh ini.
BACA JUGA:
- OpenAI Bikin ChatGPT Lebih Pintar Lewat Fitur Baru Bernama Deep Research
- Makin Praktis! Google Gemini Live Kini Bisa Berjalan di Latar Belakang
OmniHuman-1 tidak seperti model AI video generatif lainnya nan biasanya memerlukan teks prompt sebagai input. Sebagai gantinya, sistem ini bekerja dengan foto sebagai input utama, baik itu selfie, gambar tubuh penuh, namalain apalagi ilustrasi kartun.
Pengguna dapat menambahkan audio namalain video sebagai referensi gerakan, sehingga karakter dalam gambar dapat bergerak secara realistis mengikuti input nan diberikan.
Hasil nan dihasilkan oleh OmniHuman-1 terlihat sangat realistis. Model ini berupaya untuk mengatasi pengaruh “uncanny valley”, adalah kejadian di mana karakter buatan tampak nyaris nyata, tetapi tetap mempunyai komponen nan terasa tidak alami. Jika berhasil, teknologi ini bisa menjadi langkah besar dalam pembuatan konten berbasis AI.
Seorang pengguna di X/Twitter berjulukan Ashutosh Shrivastava telah membagikan beberapa contoh hasil dari OmniHuman-1. Jika sampel tersebut betul-betul akurat, teknologi ini bisa menjadi lompatan besar dalam bumi video deepfake dan animasi berbasis AI.
Namun, perkembangan AI seperti ini juga menghadirkan tantangan, terutama dalam aspek etika dan keamanan digital. Deepfake nan semakin realistis dapat digunakan untuk tujuan negatif, seperti penyebaran info tiruan namalain penipuan berbasis identitas.
Oleh lantaran itu, krusial bagi perusahaan teknologi untuk mengembangkan sistem verifikasi nan bisa mendeteksi dan menandai konten buatan AI.
Di sisi lain, pertumbuhan industri AI terus bersambung tanpa tanda-tanda melambat. Google sendiri berencana menginvestasikan $75 miliar (sekitar Rp1.175 triliun) dalam pengembangan AI pada tahun 2025, sementara model DeepSeek juga diperkirakan bakal mendapatkan pembaruan signifikan.
BACA JUGA:
- ChatGPT Search Kini Bisa Digunakan Tanpa Login
- Penipuan Ini Manfaatkan Video AI Brad Pitt, Rp13 Miliar Raib
OmniHuman-1 menandai era baru dalam AI generatif untuk video. Jika dapat dimanfaatkan secara positif, teknologi ini berpotensi mengubah langkah industri imajinatif bekerja, mulai dari pembuatan film, animasi, hingga konten digital nan lebih interaktif dan realistis.