ARTICLE AD BOX
Feb 04, 2025 07:49 AM - 15 menit nan lalu
4
- Beranda
- Islami
- Ulama Salaf Sangat Mendengarkan Nasihat Guru
Selasa 04 Feb 2025 07:49 WIB
Seorang siswa menyerahkan ke pembimbing soal bagian pengetahuan nan ditekuni.
Foto: Blogspot.com
Memberi nasihat merupakan rekomendasi kepercayaan (ilustrasi).
KincaiMedia, MADINAH --Nasihat pembimbing sangat diutamakan dalam kehidupan generasi salaf. Ini termasuk dalam perihal memilihkan bagian pengetahuan nan kudu digeluti oleh seorang murid.
Imam Al Zarnuji, dalam Ta'lim Al Muta'allim (terjemahan Abdul Kadir Aljufri, diterbitkan Mutiara Ilmu) menyampaikan seorang siswa tidak patut memilih bagian pengetahuan sendiri. Dia kudu menyerahkan urusan tersebut kepada sang guru. Sebab pembimbing lebih mengetahui mana pengetahuan nan sesuai dengan watak dan kecenderungan muridnya.
Imam Al Zarnuji menukil perkataan Syekh Burhan Al Haqqi, sebagai berikut:
كَانَ طَلَبَةُ العِلمِ فِى الزَّمَانِ الأَوَّل يُفَوِّضُونَ أُمُورَهُم فِى التَّعَلُّمِ إِلَى اُستَاذِهِم، وَكَانُوا يَصِلُونَ إِلَى مَقصُودِهِم وَمُرَادِهِم، وَالآن يختَارُون بِأَنفُسِهِم، فَلاَ يَحصُلُ مَقْصُودَهُم مِنَ العِلمِ وَالفِقْهِ.
"Pada era dahulu, para siswa menyerahkan sepenuhnya urusan belajar mereka kepada guru, agar sukses meraih cita-citanya. Namun, berbeda dengan masa sekarang, para siswa selalu menentukan pilihannya sendiri sehingga mereka pun kandas meraih pengetahuan nan dicita-citakan."
Muhammad bin Ismail Al Bukhari (Imam Bukhari), dulu belajar kepada Muhammad bin Al Hasan. Al Bukhari memulai belajar kepada gurunya itu dari bab sholat. Hingga kemudian, gurunya berkata, "Pergilah dan belajarlah pengetahuan hadits."
Sang guru, Muhammad bin Al Hasan, berbincang demikian lantaran mengetahui watak dan kecenderungan muridnya itu. Lalu, Imam Bukhari menimba pengetahuan hadits sehingga dia pun menjadi pelopor seluruh pemimpin mahir hadits.
Seorang siswa juga hendaknya mendengarkan...
Seorang siswa juga hendaknya mendengarkan pengetahuan dan hikmah dari gurunya dengan penuh rasa hormat, sekalipun sudah ribuan kali mendengar masalah nan dibahas itu.
"Dikatakan, 'Siapa nan tidak menghormati namalain memperhatikan satu persoalan, meski dia sudah pernah mendengar seribu kali, maka dia bukan termasuk mahir ilmu'," demikian penjelasan Imam Al Zarnuji.
Seorang siswa juga tidak boleh malas nan artinya kudu bersungguh-sungguh dalam belajar. Siapa pun nan bersungguh-sungguh mencari seseuatu, maka dia bakal mendapatkannya. Seorang siswa bakal mendapatkan apa nan didambakannya berasas penderitaan nan dilewatinya dalam menimba ilmu.
Kesungguhan menimba pengetahuan tidak hanya datang dari siswa itu sendiri, tetapi ada dua orang nan lain, adalah pembimbing dan ayah. "Belajar dan memperdalam pengetahuan fiqih itu butuh kesungguhan dari tiga orang, adalah kesungguhan murid, pembimbing dan ayah jika tetap hidup," kata Imam Al Zarnuji.
sumber : Dok Republika
Berita Lainnya