Transaksi Jual Beli Tidak Sah Dengan Enam Orang Ini, Ini Penjelasannya

Sedang Trending 3 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

KincaiMedia –  Menggunakan kekayaan milik sendiri melalui transaksi namalain berbisnis sekalipun diperbolehkan dalam Islam tentunya tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.  Ada beberapa macam orang nan tidak boleh menggunakan hartanya dalam patokan Islam. Mereka, di saat mau menggunakan hartanya kudu dicekal serta dilarang demi menjaga kemaslahatan baik nan kembali pada dirinya ataupun pada orang lain nan terikat kewenangan dengan hartanya.

Dalam bahasa fikih, pencekalan semacam ini dikenal dengan julukan al-hirj nan secara bahasa berfaedah “mencegah”, sedangkan secara syara’ berfaedah mencegah tasharruf (berbisnis namalain bertransaksi) dalam menggunakan harta.

Ketentuan ini berasas beberapa firman Allah Swt. dalam surah al-Nisa’ [4]: 6 dan sabda Nabi Muhammad saw. berikut

وَلا تُؤْتُوا السُّفَهاءَ أَمْوالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِياماً

“Dan janganlah kalian serahkan kepada orang-orang nan belum sempurna akalnya, kekayaan (mereka nan ada dalam kekuasaan) kalian nan dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan”

فَإِن كَانَ ٱلَّذِى عَلَيْهِ ٱلْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لَا يَسْتَطِيعُ أَن يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُۥ بِٱلْعَدْلِ

“Jika nan berhutang itu orang nan lemah akalnya namalain lemah (keadaannya) namalain dia sendiri tidak bisa mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur.” (Al-Baqarah 282)

وابْتَلُواْ الْيَتَامَى حَتَّىَ إِذَا بَلَغُواْ النِّكَاحَ فَإِنْ آنَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُواْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ

“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah pandai (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya”

حدثنا يحيى بن يحيى التميمي أخبرنا ابراهيم بن سعد عن ابن شهاب عن عامر بن سعد عن أبيه قَالَ: عَادَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ مِنْ وَجَعٍ أَشْفَيْتُ مِنْهُ عَلَى الْمَوْتِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بَلَغَنِي مَا تَرَى مِنْ الْوَجَعِ وَأَنَا ذُو مَالٍ وَلَا يَرِثُنِي إِلَّا ابْنَةٌ لِي وَاحِدَةٌ أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي قَالَ لَا قَالَ قُلْتُ أَفَأَتَصَدَّقُ بِشَطْرِهِ قَالَ لَا الثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya at-tamimi, telah menghabarkan kepada kami Ibrahim bin sa’ad dari ibnu syihab dari ‘Amir bin sa’ad dari ayahnya dia telah berbincang : Pada waktu haji wada’ Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam menjengukku lantaran menderita penyakit nan nyaris menyebabkan kematianku. Lalu saya berkata: Wahai Rasulullah, penyakitku sangat parah seperti nan engkau lihat, sedangkan saya adalah seorang hartawan dan tidak ada nan mewarisiku selain putriku satu-satunya. Apakah saya boleh bersedekah dengan dua pertiga hartaku?

Beliau menjawab: Tidak boleh. Aku bertanya lagi: Dengan setengahnya? Beliau menjawab: Tidak boleh, dengan sepertiga saja. Dan sepertiga itu sudah banyak. Sesungguhnya jika Anda meninggalkan mahir warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada Anda meninggalkan mereka dalam keadaan miskin nan bakal meminta-minta kepada manusia.”

Dalam teks matan Abi Syuja’ pencekalan tersebut dilakukan pada orang-orang yang  tergolong pada beberapa jenis manusia berikut:

والحجْرعلى ستة , الصبي والمجنون والسفيه المبذر لماله  والمفلس الذي ارتكبته الديون والمريض فيما زاد على الثلث والعبد الذي لم يؤذن له في التجارة

وتصرف الصبي والمجنون والسفيه غير صحيح وتصرف المفلس يصح في ذمته  دون أعيان ماله وتصرف المريض فيما زاد على الثلث موقوف على إجازة الورثة  من بعده وتصرف العبد يكون في ذمته يتبع به بعد عتقه

  1. Anak Kecil

Maksud anak mini di sini adalah anak mini nan belum tamyiz (belum bisa membedakan mana nan ancaman dan mana nan baik).  Jika dia melakukan transaksi namalain berbisnis maka hukumnya tidak sah.

  1. Orang Gila

Orang gila, transaksinya tidak mempunyai kekuatan hukum,  sehingga jika dia melakukan transaksi namalain jual beli lainnya maka hasil penjualan namalain pembeliannya tidak sah

  1. Safiih (idiot)

Orang idiot nan menyia-nyiakan hartanya tidak boleh menggunakan hartanya dengan jalan transaksi namalain upaya lainnya lantaran dia bakal menghambur-hamburkan hartanya tanpa kendali

  1. Muflis (pailit)

Orang pailit lantaran mempunyai tumpukan beban hutang nan banyak sedang hartanya tidak cukup untuk melunasi beberapa hutang lainnya. Orang nan tergolong muflis inilah jika hendak menggunakan sisa kekayaan nan di dalamnya terdapat kewenangan pemberi hutang maka kudu dicekal, berbeda jika dia dalam melakukan upaya namalain transaksi lainnya tidak menggunakan sisa kekayaan dimaksud.

  1. Orang sakit nan diyakinkan hingga kematian

Ia dihajr (dicekal) pada kekayaan nan lebih  sepertiga dari seluruh hartanya, adalah dua pertiga kekayaan peninggalannya lantaran untuk menjaga kewenangan mahir waris. Hanya saja norma transaksinya tergantung pada persetujuan mahir waris. Jika mereka menyetujui kekayaan nan melampaui dari sepertiga, maka hukumnya sah. Namun jika tidak setuju, maka hukumnya tidak sah. Hanya saja perlu diperhatikan bahwa persetujuan dan penolakan dimaksud bertindak setelah kematian orang nan sakit sekarat di atas.

  1. Budak nan tidak diberi izin untuk berdagang

Tasharruf nan dilakukan oleh seorang budak nan tidak diberi izin untuk berdagang, maka semuanya berada pada tanggungannya. nan dimaksud dengan berada pada tanggungannya adalah semua tasharruf tersebut bakal mengikut pada budak itu setelah dia merdeka ketika memang merdeka. Sehingga, jika sang majikan memberi izin untuk berdagang, maka tasharruf budak itu sah lantaran mempertimbangkan izin tersebut.

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027